Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek 95 Tahun Dideportasi dari AS ke Jerman, Dituduh sebagai Mantan Pengawal Nazi

Kompas.com - 21/02/2021, 16:14 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang mantan penjaga kamp konsentrasi Jerman berusia 95 tahun, yang sempat menjalani kehidupan baru di Tennessee Amerika Serikat (AS), dideportasi ke negara asalnya pada Sabtu (20/2/2021).

Identitas terdahulu kakek tersebut, akhirnya diketahui setelah kartu indeks jaman perang di kapal yang tenggelam membantu membuktikan hubungannya dengan Nazi.

Friedrich Karl Bergerdideportasi ke Jerman setelah pihak berwenang AS memutuskan, dia pernah bertugas di sub-kamp konsentrasi Neuengamme dekat Hamburg milik Nazi.

Kamp tersebut menampung warga sipil Rusia, Belanda dan Polandia, serta tahanan Yahudi. Lawan politik dari Prancis, Italia, dan negara-negara lain juga ditahan di kamp itu.

Pada musim dingin 1945, menurut perintah pemecatan Berger, para tahanan dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang "mengerikan" dan bekerja "sampai kelelahan dan mati."

Belum jelas apakah pihak berwenang Jerman akan mengambil tindakan terhadap Berger. Jerman mencabut kasus terhadap Berger tahun lalu karena kurangnya bukti. Tetapi dia akan diinterogasi oleh polisi Jerman dan dakwaan baru dapat diajukan, menurut media Jerman.

Baca juga: Pria 100 Tahun Diduga Terlibat dalam Pembunuhan Ribuan Orang Yahudi di Kamp Konsentrasi Nazi Jerman

Pada 1945, ketika pasukan Inggris dan Kanada mendekati sub-kamp tersebut, Berger membantu menjaga tahanan yang dipaksa mengungsi ke kamp utama, kata pejabat Departemen Kehakiman.

Selama perjalanan dua minggu yang brutal itu, 70 tahanan tewas. Ratusan lainnya tewas ketika mereka ditempatkan di dua kapal yang berlabuh di Teluk Lubeck di Laut Baltik.

Kapal-kapal tersebut menjadi korban bom salah sasaran oleh pesawat tempur Inggris pada Mei 1945 pada minggu terakhir perang.

Sejarawan Departemen Kehakiman mendokumentasikan peran Berger di kamp sebagian dengan informasi dari kartu indeks yang ditemukan di salah satu kapal yang tenggelam beberapa tahun setelah pemboman. Kartu tersebut merangkum pekerjaan Berger dalam sistem kamp.

Penjabat Jaksa Agung Monty Wilkinson mengatakan deportasi Berger menunjukkan "komitmen departemen AS untuk memastikan “Negeri Paman Sam” bukan tempat yang aman bagi mereka yang telah berpartisipasi dalam kejahatan Nazi, pelanggaran kemanusiaan, dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya".

Sejak 1979, Departemen Kehakiman telah memenangkan kasus serupa terhadap 70 orang.

Tetapi laju kasus era Nazi telah melambat seiring berjalannya waktu. Departemen tersebut tidak memiliki kasus lain yang tertunda. Artinya Berger pada akhirnya bisa menjadi kasus Penjaga Nazi terakhir yang diusir dari negara itu.

Setelah perang, Berger bermigrasi dari Jerman ke Kanada bersama istri dan putrinya, dan datang ke Amerika Serikat pada 1959.

Baca juga: Seorang Wanita Nazi Baru Didakwa Terlibat 10.000 Kasus Pembunuhan

Berger, sekarang adalah duda dengan dua cucu, Dia mengaku hanya disuruh bekerja di kamp dan hanya sebentar di sana. Dia mengaku tidak membawa senjata.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com