Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia] Kemenangan Gerilyawan Pimpinan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba

Kompas.com - 19/02/2021, 19:22 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Pabrik gula dan perkebunan dibakar, pengeboman di Havana menekan perdagangan turis, dan aktivitas pemberontakan di provinsi Oriente menghambat industri pertambangan.

Menanggapi kerusuhan tersebut, AS memberlakukan embargo senjata terhadap Kuba pada pertengahan Maret 1958 dan menangguhkan pengiriman hampir 2.000 senapan kepada pemerintah Kuba.

Batista memanfaatkan kekerasan untuk menyerukan penundaan pemilu yang sedianya berlangsung pada Juni 1958 mundur menjadi 3 November 1958.

Kelompok-kelompok komunis yang dipimpin oleh Juan Marinello menanggapi dengan menyerukan pemogokan umum pada 9 April. Namun aksi tersebut gagal terwujud.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kenapa Burma Berubah Menjadi Myanmar? Berikut Kisahnya

Menjelang tanggal pemilu yang dijadwalkan ulang, tiga kandidat muncul yakni Andres Rivero Aguero, Carlos Márquez Sterling, dan mantan presiden Ramon Grau San Martin.

Aguero merupakan orang yang didukung Batista, Sterling didukung oleh beberapa kelompok moderat, sedangkan San Martin adalah calon dari Partai Revolusi Kuba.

Ketika rakyat Kuba pergi ke tempat pemungutan suara pada 3 November, provinsi Oriente dan Las Villas yang dikuasai pemberontak melihat banyaknya pemilih yang diabaikan.

Namun, ketika hasil pemilu diumumkan, terjadi kecurangan besar-besaran. Sterling menang di empat provinsi namun justru Aguero dinyatakan sebagai pemenang.

Batista berdalih Aguero menang pemilu karena hasil pemungutan suara dari Oriente dan Las Villas tidak dihitung sebagaimana dilansir dari Britannica.

Baca juga: [Cerita Dunia] Es Krim yang Populer ketika Alkohol Dilarang di Amerika Sebelum Perang Dunia II

Seandainya Sterling keluar sebagai pemenang pemilu, jalan Revolusi Kuba mungkin menjadi. Sebaliknya, campur tangan Batista dalam pemilu mengantarkannya kepada hari-hari terakhir kekuasannya.

Beberapa pekan setelah pemilu, dukungan untuk Batista mencair. Meskipun sebagian besar tentara tetap setia kepadanya, efektivitas tempurnya sangat terganggu, karena kekurangan amunisi akibat embargo senjata AS.

Pasukan Castro, yang selama bertahun-tahun telah melancarkan gerilya, kini dapat mengimbangi pasukan pemerintah dalam beberapai pertempuran sengit.

Bahkan, pasukan Batista sering menghadapi mereka dengan peralatan superior yang diperoleh dari sumber asing.

Pada 27 Desember 1958, pasukan pemberontak yang dipimpin Che Guevara mengalahkan garnisun di Santa Clara, ibu kota provinsi Las Villas.

Gerilyawan merebut kereta lapis baja berisi senjata dan amunisi yang sangat dibutuhkan oleh pasukan pemerintah.

Baca juga: [Cerita Dunia] 25 Tahun Hari Korban Kejahatan Nazi Hitler

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com