Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Myanmar Mencekam, Warga Ronda Malam untuk Cegah Penggerebekan Militer

Kompas.com - 16/02/2021, 16:16 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

YANGON, KOMPAS.com - Warga Myanmar mengadakan ronda malam untuk mencegah militer melakukan penangkapan dan penggerebekan.

Sejak Aung San Suu Kyi ditahan militer dan pemerintahannya digulingkan pada 1 Februari, rezim baru telah menahan ratusan orang untuk meredam aksi unjuk rasa warga sipil yang menentang kudeta.

Menanggapi tindakan itu, warga Myanmar lalu membentuk siskamling guna mencegah penangkapan pada malam hari.

Baca juga: Demo Myanmar Memanas, Militer Tembaki Massa, Kerahkan Kendaraan Lapis Baja

"Jelas kami takut karena mereka bersenjata... tapi kami akan terus mengawasi setiap malam," ujar Myo Ko Ko yang ikut ronda malam di Yangon, kepada AFP.

"Kami tidak bisa membiarkan siapa pun digerebek," lanjutnya.

Banyak juga yang gelisah atas rumor di media sosial, bahwa tahanan dibebaskan untuk membuat kekacauan di tengah masyarakat.

Militer Myanmar pekan lalu membebaskan lebih dari 23.000 narapidana, padahal amnesti massal biasanya hanya dilakukan pada tanggal-tanggal tertentu.

Beberapa grup HAM menduga pembebasan ini untuk menyediakan ruang tahanan bagi penentang militer.

Baca juga: Rakyat Myanmar Panik, Muncul Kabar Militer Kerahkan Preman untuk Buat Kerusuhan

Situasi makin panas setelah kendaraan lapis baja dikerahkan ke kota-kota besar Myanmar dan internet dimatikan lagi pada Senin (15/2/2021).

Myo Ko Ko (39) selama beberapa malam terakhir membantu menutup jalan menuju permukimannya.

Para tetangganya juga kompak bekerja sama dengan membunyikan panci dan wajan jika melihat ada kedatangan orang asing.

Cara itu awalnya dipakai dalam demo malam saat hari-hari awal setelah kudeta.

Membunyikan alat dapur di Myanmar adalah praktik pengusiran roh jahat, dan sekarang diperagakan untuk "mengusir" militer.

Baca juga: Demo Thailand Mulai Lagi, Massa Tiru Taktik Pedemo Myanmar

"Kami sempat mengejar pria yang mencurigakan lalu menangkapnya, tetapi saat kami menanyainya, kami tidak menemukan (informasi) apa pun kecuali dia keluar dari penjara," ujar Myo Ko Ko.

Pria itu lalu diserahkan ke polisi, lanjut Myo Ko Ko.

Desas-desus soal teror yang menyebar di media sosial diduga warga adalah upaya para jenderal untuk menakut-nakuti masyarakat.

"Kami sudah mendengar banyak desas-desus dan mengikuti berita di sana-sini," ucap Ko Ko Naing pemilik toko di bagian barat kota.

Pria berusia 45 tahun itu menambahkan, para tetangganya juga ikut ronda malam untuk berjaga-jaga bila ada penyusup.

Namun, kondisi ini membuat malam jadi mencekam dan warga jadi gelisah.

"Saya tidak bisa tidur nyenyak tadi malam, karena banyak rumor di sekitar lingkungan saya," kata sopir taksi Tun Tun.

"Kami ingin segalanya tetap damai. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Kita harus membela sisi baik," tambahnya.

Baca juga: Gurita Bisnis Militer Myanmar, dari Pariwisata hingga Tambang Batu Mulia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com