Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/02/2021, 08:41 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Facebook mengumumkan akan membatasi sementara posting politik di sejumlah kecil News Feed, khusus di empat negara.

Platform media sosial raksasa itu telah "mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi jumlah konten politik di News Feeds," kata Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dalam paparan laporan pendapatan perusahaannya, pada Rabu (10/2/2021) melansir Business Insider.

Taipan AS itu mengatakan sekarang Facebook akan secara aktif menguji pengurangan unggahan politik yang muncul di News Feeds dari "persentase kecil" pengguna. Kebijakan itu secara khusus dilakukan di Kanada, Brasil, dan Indonesia dan AS akan diuji dalam "minggu-minggu mendatang."

Menurut perusahaan, sekitar 6 persen konten Facebook masyarakat terdiri dari politik.

"Selama tes awal ini, kami akan mengeksplorasi berbagai cara menentukan peringkat konten politik di feed orang menggunakan “tanda” yang berbeda. Kemudian kami akan memutuskan pendekatan yang bisa digunakan untuk selanjutnya," tulis Aastha Gupta, direktur manajemen produk Facebook, dalam rilisnya.

Pengguna yang terkena dampak ini kemudian akan disurvei. Kiriman dari lembaga pemerintah dan informasi Covid-19 dari lembaga dan layanan kesehatan "resmi dari pemerintah" tidak akan dibatasi dalam fase uji coba ini.

"Penting untuk dicatat bahwa kami tidak menghapus konten politik dari Facebook sama sekali," tulis Gupta.

Baca juga: Twitter Pastikan Trump Tidak Akan dapat Kembali Miliki Akun di Platform Ini

Menurutnya, pihaknya bermaksud menjaga kemampuan orang-orang menemukan dan berinteraksi dengan konten politik di Facebook, sambil menghormati selera setiap orang di kabar teratas kolom berita (News Feed) mereka."

Facebook mengalami “banyak masalah” selama beberapa bulan karena penanganannya terhadap konten politik, khususnya dari fitur “grup Facebook”.

Platform media sosial ini sebelumnya mengatakan akan berhenti merekomendasikan kelompok politik dalam "jangka panjang."

“Banyak dari penggunanya telah melaporkan tidak menginginkan "politik dan pertempuran untuk mengambil alih pengalaman mereka," kata Zuckerberg sebelumnya.

"Kami berencana untuk menjauhkan kelompok sipil dan politik dari rekomendasi untuk jangka panjang, dan kami berencana untuk memperluas kebijakan itu secara global," kata Zuckerberg.

"Untuk lebih jelasnya, ini adalah kelanjutan dari pekerjaan yang telah kami lakukan untuk sementara waktu, untuk menurunkan suhu dan mencegah percakapan dan komunitas yang memecah belah."

Baca juga: Facebook Akan Hapus Semua Klaim Palsu soal Vaksin

Algoritma Facebook sering disalahkan sebagai kekuatan pendorong di balik pergerakan kelompok Facebook yang memecah belah, ekstremis, dan kejam.

Ada juga laporan tentang eksekutif puncak Facebook yang mengabaikan masalah ini, meskipun perusahaan media sosial tersebut telah membantah klaim tersebut.

Akibatnya, Facebook mendapat kecaman dari politisi seperti Senator Ed Markey karena mempromosikan kelompok politik.

Beberapa dari kelompok ini dinilai juga termasuk yang menjadi "tempat berkembang biaknya kebencian, ruang gema misinformasi, dan tempat untuk koordinasi kekerasan.

“Termasuk perencanaan eksplisit untuk pemberontakan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021," tulis Markey dalam sebuah surat kepada Zuckerberg.

Baca juga: Militer Myanmar Blokir Facebook demi Stabilitas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com