Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Idi Amin, Diktator Militer Penjagal Uganda

Kompas.com - 06/02/2021, 01:22 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Thoughtco

Hal itu mengakibatkan kejatuhan ekonomi, karena manufaktur, pertanian, dan perdagangan terhenti tanpa sumber daya yang memadai untuk beroperasi.

Bisnis yang ditinggalkan diserahkan kepada pendukungnya. Amin juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Inggris dan "menasionalisasi" 85 bisnis milik Inggris.

Penasihat militer Israel diusir. Dia kemudian beralih ke Kolonel Muammar Muhammad al-Gadhafi dari Libya, dan Uni Soviet untuk mendapatkan dukungan.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Aung San Suu Kyi Dituntut atas Kepemilikan Walkie Talkie | PBB Akan Gagalkan Kudeta Myanmar

Fanatisme Amin

Legenda populer mengklaim bahwa Amin terlibat dalam ritual darah dan kanibalisme.

Sumber yang lebih otoritatif menunjukkan dia mungkin menderita hipomania, suatu bentuk depresi yang ditandai dengan perilaku irasional dan ledakan emosi.

Ketika ketakutannya semakin parah, Amin mengimpor pasukan dari Sudan dan Zaire. Akhirnya, kurang dari 25 persen Angkatan Darat adalah orang Uganda.

Fanatisme Amin memuncak dalam telegram aneh yang dikirim ke sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa saat itu, Kurt Waldheim.

Pesan berisi frasa, yang secara pribadi didiktekan oleh Amin kepada sekretarisnya berisi: "Jerman adalah tempat yang tepat, ketika Hitler menjadi komandan tertinggi. Dia membakar lebih dari enam juta orang Yahudi. Ini karena Hitler dan semua orang Jerman tahu Israel bukan orang-orang yang bekerja untuk kepentingan rakyat dunia. Itulah sebabnya mereka membakar Israel hidup-hidup dengan gas."

Penduduk kulit hitam Afrika bereaksi sangat serius akan pernyataan Amin tersebut. Para pemimpin seperti Nyerere dan Kenneth Kaunda dari Zambia, sejak awal mengutuk Amin sebagai orang yang berbahaya dan tidak seimbang. Tuduhan itu kini dipercaya terbukti benar.

Sementara itu, kehidupan keluarga Amin tetap terselubung misteri. Dia menceraikan tiga istri pertamanya di berbagai waktu.

Yang keempat, Kay, sempat menghilang. Tapi kemudian dia diketahui dibantai, lalu potongan-potongan tubuhnya dipasang kembali. Bukti itu dilihat oleh salah satu menteri Amin, yang kemudian membuatnya diasingkan.

Masih ada dua istri lain, yang keenam adalah penyanyi kelub malam, Sarah, yang dinikahinya ketika gadis itu berusia 19 tahun, sementara Amin 50 tahun. Dia mengaku telah menjadi ayah dari 32 anak.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Adolf Hitler, Diktator Keji Pemantik Rasisme

Kejatuhan dan pengasingan

Dukungan untuk rezimnya goyah ketika laporan kekejaman Amin mencapai pers internasional. Ekonomi Uganda menderita, dengan inflasi melampaui 1.000 persen.

Pada Oktober 1978, dengan bantuan pasukan Libya, Amin berusaha mencaplok Kagera, provinsi utara Tanzania (yang berbatasan dengan Uganda).

Presiden Tanzania Julius Nyerere menanggapi dengan mengirimkan pasukan ke Uganda. Tujuannya untuk membantu pasukan pemberontak Uganda sehingga mereka dapat merebut ibu kota Uganda, Kampala.

Kudeta itu berhasil, lalu Amin melarikan diri ke Libya. Di sana dia tinggal selama hampir 10 tahun sebelum akhirnya pindah ke Arab Saudi. Dia tinggal di pengasingan selama sisa hidupnya.

Pada 16 Agustus 2003, Amin meninggal di Jeddah, Arab Saudi. Penyebab kematian dilaporkan sebagai komplikasi banyak organ.

Meskipun pemerintah Uganda mengumumkan bahwa tubuhnya dapat dimakamkan di Uganda, dia segera dimakamkan di Arab Saudi. Amin tidak pernah diadili karena pelanggaran berat hak asasi manusia.

Pemerintahan brutal Amin telah menjadi subyek banyak buku, dokumenter, dan film dramatis, termasuk "Ghosts of Kampala," "The Last King of Scotland," dan "General Idi Amin Dada: A Self Portrait."

Dia sering digambarkan pada masanya sebagai badut eksentrik dengan delusi keagungan. Amin sekarang dianggap sebagai salah satu diktator paling kejam dalam sejarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com