Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Pertama AIDS Diklaim Tentara Perang Dunia I yang Kelaparan

Kompas.com - 31/01/2021, 15:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

OTTAWA, KOMPAS.com - Seorang tentara di masa Perang Dunia I yang kelaparan di hutan diklaim ilmuwan sebagai pasien AIDS pertama.

Epidemiolog dari Universite de Sherbrooke Kanada, Profesor Jacques Pepin, mengutarakan teori ini setelah bertahun-tahun penelitian.

Pada 2011, Profesor Pepin sempat menyimpulkan bahwa pemburu di Kamerun merupakan sosok pertama yang terinfeksi HIV, yang menyebabkan AIDS, pada awal abad ke-20.

Baca juga: Bayang-bayang AIDS di Papua Saat Pandemi Corona...

Studi terdahulu menunjukkan virus imunodefisiensi simian, yang ditemukan di simpanse, meloncati dari hewan ke manusia di tenggara Kamerun pada 1900-an.

Namun, Profesor Pepin merevisi teorinya, dan berpendapat justru pasien pertama adalah tentara era Perang Dunia I.

Si serdadu terpaksa berburu simpanse demi makan, saat dia terjebak di hutan terpencil di Moloundou, Kamerun, pada 1916.

Pada masa Perang Dunia I, negara yang berlokasi di Afrika Tengah itu diinvasi oleh pasukan Perancis, Belgia, dan Inggris.

Dalam salah satu rute invasi, 1.600 tentara bergerak dari Leopoldville ke Sungai Kongo, dan menuju ke wilayah sasaran sambil berjalan.

Profesor Pepin menyatakan, perjalanan pasukan itu membawa mereka ke Moloundou, lokasi di mana studi sebelumnya mencatat tempat itu jadi penyebaran pertama HIV.

Baca juga: 200 Bayi di Kota Medan Terinfeksi HIV/AIDS

Dia menjelaskan, balatentara Sekutu menghabiskan 3-4 bulan di sana sebelum melanjutkan perjalanan. Di tempat itu, mereka kelaparan.

"Dengan 1.600 tentara dan banyaknya amunisi, tempat itu menjadi area perburuan dalam beberapa bulan," kata dia kepada MailOnline.

Profesor Pepin meyakini, kasus pertama muncul setelah ada salah satu prajurit yang melakukan perburuan di hutan.

Setelah membunuh seekor simpanse dan mengulitinya sebelum dibawa pulang, si tentara terluka dan menyebabkan infeksi HIV.

Di tengah terpapar itu, si prajurit pulang ke Leopoldville dan kemungkinan menyebabkan transmisi di sana.

Profesor Pepin yakin virus itu menyebar secara lambat ke tempat yang saat itu adalah ibu kota koloni Belgia.

Baca juga: Alasan Pendidikan Seks Bantu Indonesia Akhiri HIV/AIDS 2030

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com