Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru Dilantik, Biden Langsung Bawa AS Kembali Ikuti Perjanjian Paris

Kompas.com - 21/01/2021, 19:01 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Joseph Robinette Biden Jr atau Joe Biden resmi dilantik menjadi presiden Amerika Serikat (AS), Rabu (20/1/2021). Begitu dilantik, presiden AS ke-46 ini langsung mengeluarkan 17 perintah eksekutif, salah satunya mengembalikan AS pada Perjanjian Paris.

Melansir The Guardian, Rabu (20/1/2021), perintah ini akan membuat AS kembali bergabung dengan negara-negara di dunia lainnya dalam mengatasi krisis iklim yang mengancam bumi.

Sebelumnya, negara penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar kedua di dunia tersebut sempat menarik diri dari Perjanjian Paris di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sementara itu, Biden dikenal kerap membawa isu krisis iklim dalam kampanyenya.

Dia mengatakan, perubahan iklim merupakan ancaman terbesar AS. Ini terbukti dari kebakaran hutan, badai, dan gelombang panas yang melanda negeri Paman Sam pada 2020.

Baca juga: 17 Perintah Eksekutif Joe Biden, Cabut Muslim Travel Ban hingga Gabung Paris Agreement

Hal ini juga disinggung dalam pidato pengukuhannya. Presiden berusia 78 tahun atau tertua sepanjang sejarah AS tersebut mengatakan, AS harus merespons krisis iklim.

Pada musim semi nanti, Biden diperkirakan akan menghadiri pertemuan puncak iklim internasional untuk membantu percepatan pengurangan emisi.

Kemungkinan, politisi dari Partai Demokrat itu juga akan mengajukan target pengurangan emisi AS yang baru guna membantunya mencapai emisi net-zero pada 2050.

Negosiator AS yang dulu memimpin di Perjanjian Paris Todd Stern mengatakan, AS harus mantap hadir mengatasi krisis iklim bersama negara lain, tapi juga harus tetap rendah hati mengingat apa yang terjadi selama empat tahun terakhir.

Baca juga: Biden Resmi Jadi Presiden AS, Momentum Percepatan Bauran EBT

“Pesannya adalah ‘kami kembali, ayo bekerja lebih keras’. Ini akan menjadi langkah yang sungguh-sungguh, agresif, dan strategis,” terang Stern.

Sementara itu, penasihat iklim utama Biden, Gina McCarthy mengatakan, pihaknya akan membalikkan lebih dari 100 kebijakan iklim Presiden Trump.

Presiden yang dua kali dimakzulkan tersebut menolak sains tentang perubahan iklim dan menghabiskan masa jabatannya melemahkan atau membalikkan aturan pembatasan polusi mobil, truk, dan pembangkit listrik.

McCarthy mengatakan, krisis iklim menimbulkan ancaman eksistensial dan kembalinya AS pada Perjanjian Paris akan menempatkan negara ini kembali pada pijakan yang benar.

Baca juga: Serba Serbi Pelantikan Biden: Sinar Matahari Tercerah Selama Hampir 3 Dekade Momen Pelantikan

Adapun, masuknya AS ke Perjanjian Paris mengakhiri periode alpa dari panggung internasional. Sebelumnya, Presiden Trump menolak mengatasi bencana yang diakibatkan kenaikan suhu global tersebut.

Saat ini, negara-negara sedang berjuang memenuhi komitmen yang dibuat di Paris pada 2015. Komitmen tersebut adalah membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas era pra-industri.

Para ilmuwan dan juru kampanye iklim pun menyambut rencana Biden mengingat dampak krisis iklim semakin memburuk.

Ahli kebijakan lingkungan dari University of California Leah Stokes mengatakan, pihaknya tidak bisa membuat aturan terkait iklim, tapi pemerintah memiliki banyak alat untuk bertindak.

Baca juga: Biden Orders US to Rejoin Paris Climate Accord, WHO

“Waktu terbaik untuk memotong emisi GRK adalah berdekade-dekade lalu, waktu terbaik kedua adalah sekarang,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com