BOGOTA, KOMPAS.com - Para ilmuwan meminta pemerintah Kolombia untuk membunuh kuda nil peliharaan bandar narkoba Pablo Escobar.
Pakar menyatakan, hewan yang dipelihara Escobar di lembah sungai Magdalena itu berpotensi mengacaukan habitat alami negara itu.
Escobar, gembong narkoba yang pernah masuk sebagai salah satu orang terkaya dunia, memelihara empat ekor kuda nil di kebun pribadinya di Kolombia.
Baca juga: 5 Bos Kartel Narkoba Terkaya Sepanjang Sejarah, dari Pablo Escobar hingga Ochoa Bersaudara
Setelah si bandar narkoba ditembak mati pada 1993 dalam usia 43 tahun, kebanyakan hewan di kebun binatangnya direlokasi.
Namun, diyakini empat kuda nil itu kabur. Sejak saat itu, dilaporkan pertumbuhan binatang itu mengalami kenaikan pesat.
Dilansir The Sun Senin 918/1/2021), pakar meyakini saat ini terdapat 80 sampai 100 ekor kuda nil keturunan peliharaan Pablo Escobar.
The Telegraph memberitakan, ilmuwan meyakini peliharaan Escobar adalah ancaman karena urine maupun kotorannya mengandung racun.
Jika tidak segera ditemukan dan dibunuh, para pakar menyatakan dampaknya bisa membahayakan hewan lain maupun manusia.
David Echeverri Lopez yang merupakan pakar lingkungan pemerintah berujar, hewan itu sempat dianggap identitas masyarakat Medellin.
"Namun, masa itu sudah usai," ujar dia. Apalagi, disinyalir binatang itu bisa berkembang biak hingga 1.500 ekor pada 2024.
Pemerintah Kolombia sebenarnya sudah memikirkan solusi seperti merelokasi atau mengebiri hewan itu agar tak bereproduksi.
Namun ekolog Nataly Castelblanco-Martínez menegaskan, satu-satunya cara adalah dengan menemukan semua hewan itu dan membunuhnya.
Baca juga: Sinopsis Film Escobar: Paradise Lost, Pelarian dari Pablo Escobar
"Tentu tidak ada yang senang dengan ide menembak mati kuda nil. Namun, tidak ada strategi lain," jelas Castelblanco-Martínez.
Ketika masih berkuasa, Escobar yang menjadi pemimpin Kartel Medellin dituding bertanggung jawab atas 80 persen penjualan kokain ke AS.
Dijuluki Raja Kokain, bisnis Escobar hampir tidak tersentuh. Dia juga dituduh dalang di balik pembunuhan ribuan orang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.