Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Dituduh “Korbankan” Muslim Uighur demi Vaksin Covid-19

Kompas.com - 18/01/2021, 09:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Pemerintah Turki dituduh setuju menyerahkan Muslim Uighur kepada China dengan imbalan akses ke vaksin Covid-19.

Melansir Business Insider pada Minggu (17/1/2021), tuduhan tersebut muncul karena adanya dua peristiwa yang berlangsung berdekatan pada Desember.

Pertama saat kedatangan pesanan vaksin Turki dari perusahaan China Sinovac, yang telah lama tertunda. Kedua terkait langkah tiba-tiba Beijing untuk meratifikasi kesepakatan ekstradisi pada 2017 dengan Ankara.

Turki berencana memulai vaksinasi pada masyarakatnya dengan suntikan Sinovac pada 11 Desember, menurut Al-Monitor. Tetapi pengiriman pertama tidak datang hingga 30 Desember.

Penundaan vaksin mendorong politisi oposisi di Turki menyampaikan kekhawatirannya. China dicurigai sudah menekan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, untuk meratifikasi kesepakatan ekstradisi jika ingin mengakses vaksin.

China mengumumkan telah meratifikasi perjanjian ekstradisi pada 27 Desember. Dengan ini, Turki harus mengekstradisi siapa pun dengan tuduhan kriminal ke China jika diminta, dan sebaliknya.

Turki belum meratifikasi kesepakatan itu. Tapi parlemen negara itu diperkirakan akan membahasnya ketika berkumpul kembali pada 26 Januari, menurut The Nikkei.

Baca juga: Presiden Turki Erdogan Disuntik Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac

Vaksin sengaja ditahan?

Ratifikasi perjanjian ekstradisi China telah memicu kekhawatiran bahwa Turki akan mengusir penduduk Uighurnya ke China. Disana, mereka diduga menghadapi pengawasan ketat dan penahanan massal.

Dalam beberapa tahun terakhir, China secara sewenang-wenang menuduh warga Uighur melakukan kejahatan, lantaran mereka menumbuhkan janggut dan menerima telepon dari negara lain.

Anggota diaspora Uighur sebelumnya kepada Insider menyampaikan ketakutannya untuk menghubungi kerabatnya di Xinjiang. Mereka khawatir Pemerintah Beijing justru akan menghukum kerabatnya itu.

Selama beberapa tahun terakhir, ribuan orang Uighur telah meninggalkan China menuju Turki, yang bahasa dan budayanya mirip dengan komunitas Uighur.

Menurut The Guardian dan Voice of America, Turki adalah rumah bagi sekitar 50.000 orang Uighur, kelompok diaspora Uighur terbesar di dunia.

Pada saat ratifikasi dilakukan China, Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uyghur Dunia, mengatakan kepada AFP: "Perjanjian ekstradisi ini akan menimbulkan kekhawatiran di antara warga Uighur yang telah meninggalkan China dan belum memiliki kewarganegaraan Turki."

Banyak orang Uighur yang melarikan diri dari China ke Turki tidak memiliki kewarganegaraan Turki. Artinya, Pemerintah Ankara tidak dapat melindungi mereka.

Baca juga: Lebih dari Setengah Juta Orang Uighur Diduga Dipaksa Memetik Kapas di China

Yildirim Kaya, seorang politisi di oposisi Turki, Partai Rakyat Republik, bertanya kepada Menteri Kesehatan Fahrettin Koca di parlemen pada 29 Desember: "Apakah vaksin China ditahan untuk kembalinya orang Uighur Turki?"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com