Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Batal Bunuh Joe, Merpati yang Sempat Diduga Terbang dari AS

Kompas.com - 18/01/2021, 07:26 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

MELBOURNE, KOMPAS.com - Joe, merpati yang awalnya diduga terbang dari Amerika Serikat (AS) melintasi Samudra Pasifik ke Australia, batal disuntik mati.

Keputusan itu ditetapkan lantaran kemungkinan besar Joe adalah merpati lokal.

Sebelumnya, Australia hendak membunuh Joe karena menduga burung itu masuk "Negeri Kanguru" tidak melalui aturan karantina.

Baca juga: Gelang Kaki Merpati yang Terbang Lintas Samudra Pasifik Palsu, Suntik Mati Ditangguhkan

Namun, kini dia mendapat "ampunan" karena gelang bergaya Amerika yang terpasang di kakinya kemungkinan tidak asli.

"Setelah penyelidikan, kementerian menyimpulkan bahwa Joe si Merpati sangat mungkin dari Australia dan tidak menimbulkan risiko keamanan hayati," kata Kementerian Pertanian, Air, dan Lingkungan Australia pada Jumat (15/1/2021).

"Kementerian yakin gelang kaki burung itu adalah tiruan dari yang asli," lanjutnya, dikutip dari BBC.

Mereka juga menambahkan, tidak ada tindakan lebih lanjut yang akan diambil untuk Joe si Merpati.

Baca juga: Merpati Balap yang Terbang Setara Sabang-Merauke PP Bakal Dibunuh, Pria yang Merawatnya Bercerita


Burung itu ditemukan warga Melbourne, Kevin Celli-Bird, di kebun belakang rumahnya pada 26 Desember.

Ia menamainya Joe karena terinspirasi dari nama presiden terpilih AS Joe Biden.

Gelang yang terdapat di kaki Joe terdaftar atas nama pemilik di Alabama, AS, yang mengeklaim dia terakhir kali melihat merpati itu saat balapan di Oregon, Oktober 2020.

Setelah berita penemuan Joe viral, pihak berwenang Australia mengatakan bahwa Joe harus dibunuh karena jika membawa penyakit akan membahayakan kelangsungan hidup unggas lokal.

Akan tetapi, nasibnya berubah setelah American Racing Pigeon Union menyangkal gelang kaki Joe asli.

Baca juga: Merpati yang Akan Dibunuh Australia Gelang Kakinya Palsu, Belum Pasti dari AS

"Merpati yang ditemukan di Australia memakai gelang palsu dan tidak perlu dibunuh sesuai tindakan keamanan hayati karena kandangnya yang sebenarnya di Australia," tulis mereka di Facebook.

Investigasi yang dilakukan Australia sepakat dengan American Racing Pigeon Union, dan menetapkan bahwa Joe tidak membawa risiko biosekuriti.

Namun, tidak diketahui tepatnya dari mana gelang di kaki Joe berasal.

Baca juga: Merpati yang Terbang Lintas Samudra dari AS ke Australia Akan Disuntik Mati

Manajer pengembangan olahraga American Racing Pigeon Union, Deone Roberts, menerangkan ke kantor berita AP bahwa penggunaan identitas palsu semakin marak terjadi.

Selain itu, Joe ternyata juga bukan merpati balap dan rasnya adalah Tumbler Turki lokal.

"Mereka tidak dibiakkan untuk terbang jarak jauh, mereka dilatih untuk trik di udara."

"Jadi mereka benar-benar seperti burung sirkus," ungkap Lars Scott dari Pigeon Rescue Melbourne ke AFP.

Baca juga: Terbang Setara Sabang-Merauke PP, Merpati yang Hilang di AS Ditemukan di Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com