WASHINGTON, KOMPAS.com - Twitter mengatakan telah menangguhkan lebih dari 70.000 akun yang berbagi konten QAnon, yang terkenal dengan teori konspirasinya, sejak Jumat (8/1/2021).
Tindakan ini dilakukan menyusul pengepungan mematikan di Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/1/2021).
Melansir USA Today pada Selasa (12/1/2021), dengan ini akun yang terlibat dengan kelompok itu juga dibatasi.
Twitter juga menerapkan teknologi untuk menyeleksi unggahan di platformnya. Terutama untuk konten yang punya potensi bahaya jika tanpa peninjauan lebih lanjut oleh pembaca.
Tindakan tersebut merupakan bagian dari tindakan keras dan mendesak yang terus dikembangakan perusahaan media sosial terkemuka AS. Dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kekerasan lebih lanjut.
Dorongan untuk mencegah terulangnya serangan minggu lalu, membuat Twitter memutuskan untuk menangguhkan akun Presiden AS Donald Trump secara permanen.
Baca juga: Twitter Juga Blokir Twit Trump dari Akun @POTUS
Kebijakan ini baru dilakukan setelah bertahun-tahun Trump menguji batas-batas apa yang dapat dia katakan dalam platform itu. Mulai dari melanggar aturan perusahaan terkait kesalahan informasi pemilu, membenarkan penggunaan kekerasan, dan kebohongan tentang Covid 19.
“Sejak Jumat, lebih dari 70.000 akun telah ditangguhkan sebagai hasil dari upaya kami, menyaring banyak akun yang dioperasikan satu individu,” kata Twitter dalam sebuah unggahan di blognya.
"Akun ini terlibat dalam berbagi konten berbahaya yang terkait QAnon dalam skala besar, dan terutama didedikasikan untuk penyebaran teori konspirasi ini di seluruh layanan platform."
Bagi politisi sayap kiri, gelombang penghapusan akun dan jumlah pengikut yang menyusut mendapatkan pujian.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan