WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyatakan, mereka bakal memasukkan Houthi ke dalam daftar teroris.
Manuver pemerintahan Presiden Donald Trump itu justru menuaikekhawatiran, karena bisa memperburuk bantuan kemanusiaan.
Dengan usia pemerintahan Trump yang tinggal 10 hari lagi, kebijakan ini bisa menyulitkan penggantinya, Joe Biden.
Baca juga: Arab Saudi Klaim Hancurkan Pesawat Nirawak Milik Pemberontak Houthi
Biden bakal mendapatkan jalan terjal untuk memulai upaya diplomasi dengan Iran, yang selama ini mendukung Houthi.
Selain itu, pemerintahan baru AS nanti juga bisa kesulitan meninjau kembali hubungannya dengan Arab Saudi, yang selama ini membombardir Yaman.
"Memasukkan Ansar Allah (nama resmi Houthi) ke daftar teroris adalah upaya membuat mereka bertanggung jawab atas terorisme," ujar Pompeo.
Dia menuding kelompok pemberontak itu sudah menyerang warga sipil, infrastruktur, hingga mengancam kapal-kapal logistik.
Pompeo melanjutkan, Houthi memimpin serangan brutal yang membunuh banyak orang dan terus membuat Timur Tengah tak stabil.
"Selain itu, mereka juga menahan rakyat Yaman agar tidak mendapatkan solusi yang bisa mengakhiri konflik di negara mereka," paparnya.
Baca juga: Pemberontak Houthi Serang Yaman Utara, 8 Tentara Arab Saudi Tewas
Mantan Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) itu merujuk kepada serangan yang di Aden pada 30 Desember.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan