KOMPAS.com – Belakangan ini, konsumsi minyak bumi dan harga minyak mentah global perlahan-lahan merangkak naik meski dunia masih dilanda pandemi.
Bahkan, harga minyak mentah global menguat ke level tertinggi sejak Februari 2020 pada sesi perdagangan 6 Januari.
Sentimen utama meroketnya harga minyak tersebut disebabkan oleh rencana pemangkasan produksi minyak Arab Saudi secara besar-besaran.
Di sisi lain, vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk para pemimpinnya, juga disinyalir membangkitkan harga minyak yang sempat terpuruk.
Rencana pemangkasan produksi secara besar-besaran yang akan dilakukan oleh Arab Saudi menjadi sentimen utama pendongkrak harga minyak.
Namun demikian, pertanyaan besar mengemuka, apakah konsumsi minyak dan harga minyak menjadi lebih stabil pada 2021?
Baca juga: Inspirasi Energi: Kenapa Harga Mobil Listrik Mahal? Ini Alasannya
Pada 2020, konsumsi minyak anjlok dan harga minyak juga ikut jeblok karena berkurangnya aktivitas ekonomi terkait pandemi Covid-19.
Hal itu menyebabkan perubahan pola permintaan dan pasokan energi pada 2020 dan diprediksi masih akan terus memengaruhi pola tersebut di masa mendatang.
International Energy Agency ( IEA) melaporkan, pemulihan permintaan minyak pada 2021 akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Di sisi lain, menurut Energiy Information Administration (EIA) yang berbasis di AS, konsumsi minyak dunia jatuh pada kuartal kedua 2020 dengan total konsumsi 85 juta barel.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan