Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Bakar Ba'asyir Bebas, PM Australia: Kadang Dunia Tak Adil

Kompas.com - 09/01/2021, 17:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

"Kegiatan pembebasan berjalan dengan aman dan lancar," dalam pernyataan yang disampaikan Rika.

Putra Ba'asyir, Abdul Rahim Ba'asyir sebelumnya mengatakan keluarga tidak akan menyiapkan penyambutan kedatangan Ba'asyir di kediamannya, yakni Pondok Pesantren Al Mukmin, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

"Kami memang tidak ingin ada penyambutan. Jadi kita juga tidak mau ada kerumunan masyarakat yang nanti malah memudaratkan [merugikan] orang banyak," kata Abdul kepada kantor berita Antara, Senin kemarin (4/1/2021).

Baca juga: Tiba di Ponpes Ngruki, Abu Bakar Baasyir Akan Habiskan Waktunya Bersama Keluarga

Abu Bakar Ba'asyir dibebaskan setelah selesai menjalani hukuman vonis 15 tahun dikurangi remisi sebanyak 55 bulan.

Ba'asyir yang sekarang berusia 82 tahun sering disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda.

JI juga dituduh berperan besar dalam bom Bali pada 2002 yang menwaskan lebih dari 200 orang, 83 orang diantaranya adalah warga Australia.

Mereka juga dituduh menjadi dalang dalam serangan Hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003 yang menewaskan 12 orang.

Reaksi warga Australia yang jadi korban Bom Bali 2002

Di Australia, beberapa keluarga yang anggotanya meninggal saat peristiwa Bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatiran dengan pembebasan Ba'asyir.

Baca juga: Abu Bakar Baasyir Dibebaskan, Korban Bom Bali Berusaha Memaafkan: Semoga Beliau Menjadi Lebih Baik

Salah satunya adalah Sandra Thompson, yang kehilangan putranya Clint yang tewas dalam ledakan bom tersebut.

Sandra mengatakan Ba'asyir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.

"Orang ini membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya," kata Sandra kepada ABC dari rumahnya di New South Wales.

Clint ketika itu sedang berada di Sari Club untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins.

Sandra mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Ba'asyir masih tetap berbahaya.

"Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya," kata Sandra.

"Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com