Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Prediksi Nasib Trump di Gedung Putih 11 Hari Jelang Lengser

Kompas.com - 09/01/2021, 12:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memiliki waktu kurang dari dua minggu di Gedung Putih, sebelum pelantikan presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari.

Namun jelang turun takhta, beragam spekulasi menyelimuti nasib Trump buntut dari kerusuhan Gedung Capitol tengah pekan ini.

Dilansir dari AFP pada Jumat (8/1/2021), berikut adalah lima prediksi nasib Trump dalam sisa masa jabatannya sebagai orang nomor satu "Negeri Paman Sam".

Baca juga: Ini Twit Terakhir Trump Sebelum Akunnya Ditutup Permanen oleh Twitter

1. Didepak oleh Amendemen Ke-25

Dua orang Demokrat teratas di Kongres, Nancy Pelosi sebagai Ketua DPR dan Senator Chuck Schumer, menuntut pencopotan Trump lebih dini karena dianggap memprovokasi massa dalam penyerbuan Capitol Hill.

Mereka juga mendesak Wakil Presiden Mike Pence untuk mengaktifkan Amendemen Ke-25.

Amendemen tersebut membuat wapres dan mayoritas menteri kabinet dapat mencopot presiden yang dianggap tidak layak menjalankan tugas.

Namun sejauh ini Pence belum mengindikasikan dia berencana mengaktifkan Amendemen Ke-25, dan dilaporkan tidak menjawab telepon Pelosi.

Disahkan pada 1967, Amendemen Ke-25 berisi ketentuan peralihan kekuasaan dari presiden yang meninggal, mengundurkan diri, diberhentikan dari jabatannya, atau karena alasan lain sehingga tidak bisa menunaikan tugasnya.

Baca juga: Apa Itu Amendemen Ke-25 AS dan Bisakah untuk Pemakzulan Trump Lagi?

Amendemen Ke-25 pernah dipakai dalam beberapa kesempatan, seperti Richard Nixon kala mundur pada 1974, dan para presiden yang menjalani operasi lalu melimpahkan kekuasaan sementara ke wapres.

Di Pasal 4, tercantum bahwa wakil presiden dan mayoritas menteri kabinet dapat memberitahu para pemimpin Senat dan DPR, bahwa presiden tidak mampu menjalankan tugas dan wapres akan naik sebagai penjabat presiden.

Namun jika presiden menentang ketetapan bahwa dia tidak kapabel memenuhi tugas, keputusan ada di tangan Kongres.

Mayoritas dua pertiga suara di DPR dan Senat diperlukan untuk menyatakan presiden tidak layak menjabat.

Baca juga: 5 Twit Paling Kontroversial Donald Trump Selama Jadi Presiden AS

2. Pemakzulan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hadir dalam kampanye Stop the Steal pada 6 Januari 2021 di Washington DC. Pendukung Trump berkumpul di ibu kota untuk memprotes ratifikasi kemenangan Joe Biden yang dilakukan Kongres AS.AFP PHOTO/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/TASOS KATOPODIS Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump hadir dalam kampanye Stop the Steal pada 6 Januari 2021 di Washington DC. Pendukung Trump berkumpul di ibu kota untuk memprotes ratifikasi kemenangan Joe Biden yang dilakukan Kongres AS.
Demokrat di DPR sudah menyusun pasal-pasal pemakzulan untuk melengserkan Trump minggu depan.

Trump pernah dimakzulkan oleh DPR yang dipegang Demokrat pada Desember 2019, tetapi dibebaskan oleh Senat yang mayoritas Republik.

Dengan waktu tersisa 11 hari lagi, Demokrat kemungkinan telah memungut suara untuk memakzulkan Trump lagi, bahkan dapat menarik dukungan Partai Republik guna memuluskannya.

Tetapi akan sulit mengumpulkan dua pertiga suara mayoritas di Senat yang total beranggotakan 100 orang, untuk mencopot Trump dari jabatannya.

Skenario ini butuh 18 suara dari Senator Partai Republik, tetapi berkaca pada kasus 2019 hanya satu yang melakukannya, yaitu Mitt Romney dari Utah.

Baca juga: Selain Pemakzulan, Donald Trump Diminta Mundur oleh Surat Kabar di AS

3. Mengundurkan diri

Trump masih punya opsi mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya ke Mike Pence sebelum 20 Januari, tetapi sejauh ini belum ada indikasi dia akan melakukannya.

Setelah penyerbuan Gedung Capitol, dewan editorial sayap kanan The Wall Street Journal meminta presiden bertanggung jawab secara pribadi dan mengundurkan diri.

"Ini yang terbaik bagi semua orang, termasuk dirinya sendiri jika dia mundur dengan tenang," tulis surat kabar yang dimiliki taipan media konservatif, Rupert Murdoch, tersebut.

4. Liburan

Melania Trump dan Presiden Donald Trump meluncurkan potret resmi Natal 2020 mereka dengan pose berdiri di tangga Grand Gedung Putih.Hasil tangkap layar Instagram Melania Trump Melania Trump dan Presiden Donald Trump meluncurkan potret resmi Natal 2020 mereka dengan pose berdiri di tangga Grand Gedung Putih.
Atau, di opsi keempat, Trump bisa menghabiskan hari-hari terakhirnya sebagai Presiden AS dengan berlibur.

Skenario ini dikemukakan beberapa komentator. Trump boleh saja meninggalkan Washington untuk bermain golf di resor Mar-a-Lago di Florida, sambil menghitung hari jelang habisnya masa jabatan.

Baca juga: Dulu Mesra, Kini “Bromance” Trump dan Pence di Ujung Tanduk

5. Tetap di kantor

Kemungkinan terakhir, Trump tetap di kantornya sampai batas waktu 20 Januari 2021.

Menurut laporan The New York Times, Trump hendak mengunjungi perbatasan AS-Meksiko minggu depan untuk meninjau kebijakan imigrasinya.

Dia juga ingin melakukan wawancara dengan media jelang angkat kaki dari Gedung Putih, kata koran itu, mengutip seorang narasumber yang mengetahui rencana Trump.

Meski begitu, ada kemungkinan Trump tetap tidak hadir dalam upacara pelantikan Biden.

"Kepada semua yang bertanya, saya tidak akan menghadiri pelantikan pada 20 Januari," kicaunya di Twitter sebelum akun @realDonaldTrump ditutup permanen.

Baca juga: Trump Umumkan Tak Akan Hadir dalam Pelantikan Biden

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com