Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Adolf Hitler, Diktator Keji Pemantik Rasisme

Kompas.com - 08/01/2021, 23:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Dunia melihat pemandangan yang tidak biasa dari Gedung Parlemen Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/1/2021). Demo yang berujung pada kekerasan dan menewaskan empat orang itu dikecam banyak pihak.

Partai Republik yang selama ini mendukung klaim Presiden AS Donald Trump bahkan berbalik, memintanya segera mundur. Presiden ke-45 AS itu, dituding sudah menyulut kerusuhan berdarah melawan pemerintah federal.

"Dia adalah pria yang sangat berbahaya, yang seharusnya tidak meneruskan jabatannya," kata Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengutip Sky News pada Kamis (7/1/2021).

Gelombang kekerasan yang dilanggengkan oleh Pimpinan Negara telah mengukir sejarah kelam bagi dunia.

Salah satunya dilakukan oleh Adolf Hitler. Dia adalah diktator kuat pemimpin Partai Nazi dan Pemimpin Jerman pada abad-20.

Hitler memantik favoritisme terhadap kelompok ras tertentu, terobsesi pada supremasi Bangsa Arya. Akibatnya setidaknya sepertiga bangsa Yahudi dibunuh dengan keji pada masa pemerintahannya.

Baca juga: Tuntut Trump Segera Disingkirkan, Ketua DPR AS: Dia Pria yang Sangat Berbahaya

Awal mula ideologi Nazi

Diktator militer Adolf Hitler lahir di Braunau am Inn, Austria pada tanggal 20 April 1889. 

Dia anak keempat dari enam bersaudara dari Alois Hitler dan Klara Polzl. Alois, bekerja sebagai pejabat bea cukai negara. Dia sangat keras dan menentang minat putranya pada seni rupa.

Dua tahun setelah ayahnya meninggal pada 1905, Hitler kemudian meninggalkan sekolah atas persetujuan ibunya.

Dia memutuskan untuk pindah ke Wina dan bekerja sebagai buruh lepas dan pelukis, setelah ibu Hitler meninggal, pada Desember 1907.

Hitler mendaftar ke Akademi Seni Rupa dan ditolak dua kali. Kekurangan uang membuatnya tinggal di tempat penampungan.

Kesepian dan terisolasi, Hitler banyak menghabiskan waktunya dengan membaca. Dia menjadi tertarik pada politik selama bertahun-tahun di Wina.

Nasionalisme Jerman dan penolakan terhadap otoritas Austria-Hongaria mulai bertumbuh. Pemikiran ini memberikan inspirasi yang kemudian akan berkembang membentuk ideologi Nazi.

Baca juga: Daftar Ekstremis Paling Berbahaya di Dunia dari Teroris Timur Tengah hingga Neo-Nazi

Karier militer

Pada 1913, Hitler pindah ke Munich, di negara bagian Bavaria, Jerman. Perang Dunia I meletus pada musim panas berikutnya.

Hitler lalu mengajukan petisi kepada Raja Bavaria untuk menjadi sukarelawan dalam tentara Jerman. Ia diterima pada Agustus 1914, meski masih berkewarganegaraan Austria.

Dia bertugas dalam perang besar dan memenangkan dua penghargaan karena keberaniannya. Salah satunya Iron Cross First Class, penghargaan yang langka ini dia pakai sampai akhir hayatnya.

Hitler terluka dua kali selama konflik. Dalam pertempuran Somme pada 1916, dia mengalami cedera kaki. Pada 1918, dia sempat buta sementara waktu karena serangan gas pasukan Inggris di dekat Ypres.

Pengalaman tersebut memperkuat semangat patriotisme Jerman dalam dirinya. Dia terkejut ketika berita datang tentang gencatan senjata dan kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I pada 1918.

Seperti nasionalis Jerman lainnya, dia percaya tentara Jerman telah dikhianati oleh para pemimpin sipil dan Marxis.

Baca juga: Kisah Nazi yang Mencuri Buku Masak dari Chef Yahudi

Pandangan politik ekstrem

Setelah Hitler kembali ke Munich pada akhir 1918, ia bergabung dengan Partai Buruh Jerman. Misi awalnya adalah menyatukan kepentingan kelas pekerja dengan nasionalisme Jerman yang kuat.

Memiliki energi karismatik dan kemampuan pidato yang terampil membantu mendorongnya dalam barisan partai. Pada 1920, ia meninggalkan tentara dan mengambil alih upaya propaganda.

Partai itu berganti nama menjadi Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman atau Partai Nazi.

Dalam salah satu gerakan jenius propaganda Hitler, dia mengadopsi versi simbol kuno hakenkreuz, atau salib berkait, sebagai lambangnya.

Hitler secara pribadi merancang bendera partai, menyesuaikan dengan simbol swastika itu, dan menempatkannya dalam lingkaran putih dengan latar belakang merah.

Dia segera menjadi terkenal karena pidatonya yang menentang Perjanjian Versailles, politisi saingan, Marxis, dan Yahudi. Pada tahun 1921, Hitler menggantikan Drexler sebagai Pemimpin Partai Nazi.

Baca juga: Kisah Misteri: Hitler Gunakan Pasukan Manusia Serigala di Perang Dunia II

Dia memanfaatkan ketidakpuasan publik terhadap Republik Weimar, dan ketentuan hukuman dari Perjanjian Versailles. Banyak mantan perwira angkatan darat yang tidak puas di Munich bergabung dengan Nazi.

Pada 8 November 1923, Hitler dan pasukannya membobol pertemuan publik Perdana Menteri Bavaria, Gustav Ritter von Kahr.

Dia mengumumkan bahwa revolusi nasional telah dimulai dan menyatakan pembentukan pemerintahan baru. Tapi setelah pertarungan singkat yang mengakibatkan beberapa kematian, kudeta yang dikenal sebagai “Putsch” itu gagal.

Hitler ditangkap dan diadili karena pengkhianatan tingkat tinggi, dan mendekam selama sembilan bulan di penjara.

Selama waktu itu sebagian besar volume pertama Mein Kampf (“Perjuanganku”) didiktekan ke jilid kedua, Rudolf Hess.

Dua buku itu adalah karya propaganda dan kebohongan. Buku tersebut menyajikan rencana Hitler untuk transformasi masyarakat Jerman menjadi masyarakat berdasarkan ras.

Baca juga: Psikolog dari Harvard Sebut Kemaluan dan Kejiwaan Adolf Hitler Bermasalah

Kebangkitan seorang diktator

Dengan jutaan pengangguran, depresi hebat di Jerman memberikan kesempatan politik bagi Hitler.

Pada tahun 1932, Hindenburg terpilih kembali dalam pemilihan presiden, dengan mudah mengalahkan Adolf Hitler, pesaing utamanya.

Hindenburg menunjuk Hitler sebagai kanselir untuk meningkatkan keseimbangan politik. Posisi ini dia manfaatkan untuk membuat kekuasaan diktator menjadi legal dimata hukum.

Keputusan Reichstag Fire, yang nama resminya adalah Keputusan Presiden Reich untuk Perlindungan Rakyat dan Negara diumumkan setelah kebakaran yang mencurigakan pada 27 Februari 1933 di Gedung Parlemen.

Hukum itu menangguhkan hak-hak dasar dan mengizinkan penahanan tanpa pengadilan. Hitler juga merancang dan menyetujui Hukum Habilitasi.

Dengan aturan itu, kabinetnya memiliki kekuasaan legislatif penuh untuk jangka waktu empat tahun, dan memungkinkan penyimpangan dari konstitusi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Nazi Jerman Perintahkan Orang Yahudi Pakai Lencana Bintang Daud

Memiliki kendali penuh di cabang legislatif dan eksekutif pemerintahan, Hitler dan sekutu politiknya memulai penindasan sistematis terhadap oposisi politik yang tersisa.

Hingga akhir Juni, partai-partai lain diintimidasi dalam pembubaran itu. Pada 14 Juli 1933, Partai Nazi Hitler dinyatakan sebagai satu-satunya partai politik resmi di Jerman.

Hitler kemudian memerintahkan penarikan Jerman dari Liga Bangsa-Bangsa.

Sehari sebelum kematian Hindenburg pada Agustus 1934, kabinet telah mengumumkan undang-undang yang menghapuskan jabatan presiden, yang menggabungkan kekuasaannya dengan kekuasaan kanselir.

Secara otomatis, Hitler menjadi kepala negara, sekaligus kepala pemerintahan dan secara resmi diangkat menjadi pemimpin dan kanselir. Maka dia menjadi komandan tertinggi angkatan bersenjata.

Baca juga: Terlibat Bunuh 5.232 Yahudi di Kamp Nazi Jerman, Kakek 93 Tahun Ini Beberkan Kisahnya

Rasisme berujung pembantaian massal

Dari 1933 hingga dimulainya perang pada 1939, Hitler dan rezim Nazi-nya memberlakukan ratusan hukum dan peraturan untuk membatasi dan mengecualikan orang Yahudi dalam masyarakat.

Undang-undang anti-semitisme dikeluarkan melalui semua tingkat pemerintahan. Pada 1 April 1933, Hitler melaksanakan boikot nasional terhadap bisnis Yahudi.

Kemudian "Hukum untuk Pemulihan Fungsi Profesional Publik" pada 7 April 1933 diberlakukan. Pengesahannya memberi legitimasi atas penganiayaan orang Yahudi lebih jauh dalam struktur negara.

Hukum itu menjadi penerapan pandangan Bangsa Arya bagi Nazi. Yaitu terkait klausul pengecualian orang Yahudi dan non-Arya dari organisasi, pekerjaan, dan semua aspek kehidupan publik.

Pada 1938, Hitler, bersama dengan beberapa pemimpin Eropa lainnya, menandatangani Perjanjian Munich. Sebagai hasil dari KTT tersebut, Hitler ditunjuk oleh majalah Time, Man of the Year pada 1938.

Kemenangan diplomatik ini hanya mempertajam keinginannya untuk memperbarui dominasi Jerman.

Nazi terus memisahkan orang Yahudi dari masyarakat Jerman, melarang mereka masuk ke sekolah umum, universitas, teater, acara olahraga, dan zona "Arya". Dokter Yahudi juga dilarang merawat pasien "Arya".

Baca juga: Kisah Perang: Saat Nazi Kena Tipu Armada Abal-abal Ghost Army

Orang Yahudi dipaksa untuk membawa kartu identitas. Pada musim gugur 1938, orang Yahudi harus mencap paspor mereka dengan huruf "J" (Jews/Yahudi).

Pada 9 dan 10 November 1938, gelombang kekerasan anti-Yahudi melanda Jerman, Austria, dan sebagian Sudetenland. Nazi menghancurkan sinagog, tindakan vandalisme terhadap rumah, sekolah, bisnis Yahudi, dan sekitar 100 orang Yahudi dibunuh akhir-akhir ini.

Sejak saat itu, penindasan terhadap orang Yahudi semakin brutal. Hampir 30.000 pria Yahudi telah ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi.

Pada 1 September 1939, Jerman menginvasi Polandia. Sebagai tanggapan, Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman dua hari kemudian.

Antara 1939 dan 1945, Nazi dan kolaboratornya bertanggung jawab atas kematian setidaknya 1 juta kombatan. Hampir enam juta orang Yahudi juga terbunuh. Jumlah korban setidaknya mewakili dua pertiga populasi Yahudi di Eropa saat itu.

Sebagai bagian dari "solusi akhir" Hitler, genosida yang diumumkan oleh rezim kemudian dikenal sebagai Holocaust.

Pembunuhan massal dan eksekusi terjadi di kamp konsentrasi, seperti di Auschwitz-Birkenau, Bergen-Belsen, Dachau, Treblinka, dan banyak lainnya.

Para tahanan juga digunakan sebagai pekerja paksa untuk proyek konstruksi dan memperluas kamp konsentrasi.

Mereka mengalami kelaparan, penyiksaan dan kebrutalan yang mengerikan termasuk harus menanggung eksperimen medis yang mengerikan dan menyakitkan.

Baca juga: Buku Harian Nazi Ungkap Lokasi Harta Karun Perang Dunia II, Terkubur di Bawah Istana

Kekalahan akibat keserakahan

Hitler mengintensifkan aktivitas militernya pada 1940 ketika menyerang Norwegia, Denmark, Perancis, Luksemburg, Belanda, dan Belgia. Pada Juli, Hitler memerintahkan pengeboman di Britania Raya (Inggris), dengan tujuan invasi.

Aliansi formal Jerman dengan Jepang dan Italia, secara kolektif dikenal sebagai kekuatan Poros. Mereka sepakat menghalangi Amerika Serikat agar tidak muncul dan melindungi Inggris.

Pada 22 Juni 1941, mengirim pasukan besar Jerman ke Uni Soviet (Operasi Redbeard). Pasukan penyerang merebut sebagian besar wilayah uni soviet (Rusia saat itu). Tindakan itu melanggar pakta non-agresi 1939 dengan Joseph Stalin.

Tentara Merah Uni Soviet kemudian melakukan serangan balasan, dan serangan Jerman dihentikan di luar Moskow pada Desember 1941.

Singkatnya, sejak itu peta pertempuran berubah yaitu antara Nazi Jerman dan sebuah koalisi besar.

Koalisi itu mencakup Inggris (kekaisaran terbesar di dunia) dipimpin oleh Perdana Menteri Winston Churchill, Amerika Serikat (kekuatan ekonomi terbesar di dunia) yang dipimpin oleh Presiden Franklin D Roosevelt; dan Uni Soviet (yang memiliki tentara terbesar di dunia) dipimpin oleh Stalin.

Baca juga: Adolf Hitler, Bagaimana Pemimpin Nazi Ini Meninggal dan Mengapa Banyak Misteri di Seputar Kondisi Jenazahnya?

Secara militer, kekuatan Hitler menjadi semakin tidak menentu. Kekuatan Aliansi Poros tidak dapat mempertahankan perang agresif dan ekspansif mereka.

Pada awal 1945 setelah kalah dalam berbagai pertempuran, Hitler menyadari bahwa Jerman akan kalah. Soviet telah memimpin pasukan Jerman kembali ke Eropa Barat dan sekutu bergerak maju menuju Jerman dari barat.

Pada tengah malam, pada 29 April 1945, Hitler menikahi pacarnya, Eva Braun, dalam sebuah upacara sipil kecil di bunker Berlin miliknya.

Mereka lalu bunuh diri sehari setelah pernikahan, pada 30 April 1945. Mayat mereka dibawa ke sebuah area yang dibom di luar Reich Chancellery, tempat mereka dibakar.

Berlin jatuh pada 2 Mei 1945. Lima hari kemudian, pada 7 Mei 1945, Jerman menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Kekalahan Hitler menandai berakhirnya dominasi Jerman dalam sejarah Eropa dan kekalahan fasisme. Konflik ideologis global baru, Perang Dingin, muncul sebagai akibat dari kekerasan yang menghancurkan dari Perang Dunia II.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com