Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pemimpin Dunia Mengutuk Demo di Gedung Capitol AS

Kompas.com - 07/01/2021, 07:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Para pemimpin dunia dan diplomat top telah mengeluarkan kecaman keras terhadap para perusuh yang menyerbu gedung Capitol AS di Washington DC pada Rabu (6/1/2021), melansir CNN.

Beberapa mendesak Presiden Donald Trump bisa segera menghentikan kekerasan.

Pendukung Trump menerobos Gedung Capitol dan seorang wanita ditembak ketika protes bergerak di luar kendali. Kondisi yang memanas mengganggu penghitungan suara pemilihan Kongres untuk mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

Biden akan mengambil alih kursi presiden akhir bulan ini.

Kekerasan meletus setelah Trump berbicara kepada pengunjuk rasa untuk mengulangi klaim palsunya bahwa dia memenangkan pemilihan AS pada November.

Baca juga: Trump Masih Lancarkan Upaya Membalik Hasil Pilpres AS, Begini Tanggapan Biden

Para pemimpin dunia di seluruh dunia bereaksi dengan keprihatinan melalui unggahan online, menggambarkan adegan kacau sebagai "mengejutkan" dan "memalukan."

Beberapa pemimpin tampaknya menganggap Presiden AS secara pribadi bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut dan mendesak agar kekerasan segera dihentikan.

"Apa yang sekarang kita lihat dari Washington adalah serangan yang sama sekali tidak dapat diterima terhadap demokrasi di Amerika Serikat. Presiden Trump bertanggung jawab untuk menghentikan ini. Gambar yang menakutkan, dan luar biasa bahwa ini adalah Amerika Serikat," tulis Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg.

"Adegan yang mengejutkan dan sangat menyedihkan di Washington DC, kita harus menyebut ini apa adanya: serangan yang disengaja terhadap Demokrasi oleh seorang Presiden yang sedang duduk dan pendukungnya, mencoba untuk membatalkan pemilihan yang bebas dan adil! Dunia sedang menonton! Kami berharap untuk pemulihan ketenangan, "kata Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney.

Baca juga: Massa Pendukung Trump Menerobos Masuk Gedung Capitol, 1 Tewas Ditembak

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berbicara langsung kepada Trump. "Gambar-gambar mengerikan dari Washington D.C. Donald Trump yang terhormat, akuilah Joe Biden sebagai presiden berikutnya hari ini."

“Invasi Gedung Capitol AS ini pertama kalinya terjadi sejak bangunan itu dibanjiri serangan Inggris selama Perang 1812,” menurut Samuel Holliday, direktur beasiswa dan operasi dari US Capitol Historical Society.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa Josep Borrell menggambarkannya sebagai "serangan yang tak pernah terlihat sebelumnya terhadap demokrasi AS, institusi dan supremasi hukumnya," dan menambahkan: "Ini bukan Amerika."

Banyak dari mereka, termasuk diplomat dan pemimpin top di Islandia, Prancis, Austria, Kolombia, dan Skotlandia, menyatakan ketidakpercayaan dan berusaha mengingatkan AS akan perannya sebagai model demokrasi di dunia.

"Amerika Serikat mewakili demokrasi di seluruh dunia," tulis Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Twitter.

Baca juga: AS Tangkap Pesan Ancaman Serangan Iran di Gedung Capitol sebagai Balasan Kematian Qasem Soleimani

"Kongres AS adalah kuil demokrasi. Menyaksikan adegan malam ini di #WashingtonDC sungguh mengejutkan," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mendesak warga AS untuk menghormati hasil pemilihan November. Seruan yang digaungkan oleh Presiden Parlemen Eropa David Sassoli, yang menambahkan, "Kami yakin AS akan memastikan bahwa aturan demokrasi dilindungi."

Beberapa pemerintah asing, termasuk Turki, juga memperingatkan warganya untuk mewaspadai potensi kekerasan lebih lanjut.

"Kami percaya bahwa AS akan mengatasi krisis politik domestik ini dengan matang. Kami merekomendasikan agar warga kami di AS menjauh dari tempat keramaian dan tempat pertunjukan diadakan," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com