KOMPAS.com - Kabar tentang keberadaan pendiri Alibaba, Jack Ma beberapa waktu terakhir masih menjadi berita terpopuler dari Kompas Global edisi Rabu (6/1/2021) sampai (7/1/2021).
Menariknya, menghilangnya Taipan Teknologi China tersebut ternyata pernah diprediksi sebelumnya oleh media China. Padahal popularitas Ma di Beijing saat itu sangat tinggi.
Selain itu, ada juga perkembangan tentang upaya mencari asal usul Covid-19 yang dilakukan oleh WHO. Usaha ini ternyata tidak disambut baik oleh pemerintah China yang malah menolak utusan dari badan dunia itu masuk ke “Negeri Panda.”
Seperti apa berita Populer Global edisi hari ini? Berikut selengkapnya.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Misteri Keberadaan Jack Ma | Trump Ngotot Ingin Menang di Georgia
Setelah kurang lebih dua bulan tidak terlihat di publik, kekhawatiran soal keberadaan pendiri Alibaba, Jack Ma makin mencuat.
Artikel di surat kabar milik negara menjadi trending karena memprediksi dimulainya ketidaksukaan terhadap Jack Ma. Padahal kesuksesannya sempat membuatnya jadi orang terfavorit di Beijing.
Artikel opini di People's Daily menjadi viral beberapa hari setelah Ma mundur sebagai Chairman Alibaba Group pada 10 September 2019.
Ulasan itu mengemuka di Weibo, karena menyatakan: "Tidak akan ada sebutan era Jack Ma. Hanya era di mana Jack Ma pernah ada."
Opini itu mengemukakan bahwa tak diragukan Alibaba adalah salah satu perusahaan tersukses dunia, dengan Ma menjadi sosok yang begitu kuat pengaruhnya.
Tetapi, kata artikel itu, memberikan kredit kesuksesan sebuah perusahaan hanya karena kepiawaian pimpinannya tak realistis. Dia dan perusahaannya disebut “bergantung pada tangan tak kelihatan yang begitu hebat.”
People's Daily menyatakan, Ma dan perusahaannya begitu beruntung bisa tenar karena didukung kondisi ekonomi yang dibuat Beijing.
Baca juga: Jack Ma Tak Kelihatan Selama 2 Bulan, Media China Sudah Prediksi Kejatuhannya
Tim pakar Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) yang dikirim untuk menyelidiki asal-usul Covid-19 mengaku ditolak masuk ke China.
Dua anggota diantaranya disebut sudah memutuskan perjalanan mereka. Salah satunya memilih pulang, dan yang lainnya menetap di negara lain.
Badan kesehatan di bawah PBB itu menyatakan, permasalahan mereka adalah izin visa yang dianggap belum terpenuhi sehingga ditolak masuk.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku sangat kecewa dengan Pemerintah China, seperti dikutip BBC, Rabu (6/1/2021).