Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman dan Denmark Pertimbangkan Opsi Tunda Dosis Kedua Vaksin Covid-19

Kompas.com - 05/01/2021, 20:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

BERLIN, KOMPAS.com - Jerman dan Denmark berencana mengikuti rencana Inggris untuk menunda memberikan dosis kedua vaksin Covid-19, kepada orang-orang yang telah menerima suntikan pertama.

Melansir Guardian pada Senin (4/1/2021), opsi itu mulai dipertimbangkan karena rasa frustrasi atas lambatnya kemajuan program inokulasi Eropa terus meningkat.

Inggris pekan lalu mengatakan akan memprioritaskan pemberian dosis pertama suntikan Oxford / AstraZeneca atau Pfizer / BioNTech, untuk memastikan lebih banyak orang terlindungi lebih cepat.

Sementara dosis kedua direncanakan diberikan 11 atau 12 minggu kemudian, bukan dalam selang tiga minggu sesuai ketentuan ahli.

Sementara AS mengatakan tidak akan mengikuti jejak Inggris.

Menteri kesehatan Jerman, Jens Spahn dikabarkan telah meminta badan pengendalian penyakit negara itu, Robert Koch Institute, untuk menyelidiki kemungkinan penundaan suntikan kedua.

Langkah tersebut, menyusul kritik luas bahwa Jerman telah gagal mendapatkan pasokan vaksin yang cukup, dan tidak dapat mempercepat kampanye inokulasi nasionalnya. Rencana ini disambut dengan antusias oleh para dokter.

Baca juga: Inggris Akan Izinkan Dosis Kedua Vaksin Covid-19 Beda Merek, Begini Ketentuannya

Leif Erik Sander, kepala tim peneliti vaksin di rumah sakit Charité Berlin, mengatakan: “Mengingat kelangkaan vaksin saat ini dan jumlah infeksi dan rawat inap yang sangat tinggi di Jerman, sebuah strategi di mana sebanyak mungkin orang divaksinasi sedini mungkin lebih efektif."

Denmark juga sedang mempertimbangkan untuk memperluas jarak antara vaksinasi. Lembaga penyakit menular negara itu mengatakan akan memantau situasi di Inggris dengan cermat.

Kementerian Kesehatan Denmark dilaporkan mempertimbangkan interval 3 hingga 6 minggu penundaan.

Dengan kemanjuran jangka pendek dari dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech dengan efektivitas 90 persen, menjadi satu-satunya yang mendapat persetujuan perpanjangan jeda dari European Medicines Agency (EMA) sejauh ini.

Para ilmuwan telah menyarankan bahwa jarak yang lebih panjang antara dosis mungkin masuk akal untuk vaksin produksi perusahaan AS dan Jerman tersebut.

Baca juga: Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri, India Banjir Kritik

EMA mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa interval maksimum 42 hari, atau enam minggu, antara dosis harus dipatuhi.

Dikatakan bahwa setiap penyimpangan dari jarak jeda itu, tanpa perubahan dari otorisasi pemasarannya akan dianggap "penggunaan di luar label." Jadi dampaknya mungkin tidak menjadi tanggung jawab pembuat vaksin.

Dalam upaya lebih lanjut untuk mempercepat proses inokulasi, kementerian kesehatan Jerman juga merekomendasikan tambahan enam dosis diambil dari botol jab BioNTech / Pfizer. Praktik ini telah diizinkan di beberapa negara lain.

Halaman:
Baca tentang
Sumber Guardian
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com