Tetapi, untuk dapat bersaing dengan harga mobil konvensional yang mengonsumsi minyak bumi, harga baterai untuk mobil listrik harusnya di bawah 100 dollar AS (Rp 1,4 juta) untuk setiap 1 kilowatt jam kapasitas baterai.
Ke depan, harga baterai diperkirakan tidak langsung turun dengan cepat. Tapi para ahli memperkirakan harga baterai mobil listrik perlahan-lahan akan turun.
BloombergNEF memperkirakan, pada 2024, harga untuk setiap 1 kilowatt jam kapasitas baterai diperkirakan akan menyentuh 93 dollar AS (Rp 1,2 juta).
Untuk mencapainya, salah satu fokus bagi produsen baterai adalah mengganti kobalt yang berbiaya tinggi dengan nikel.
Penggantian kobalt menjadi nikel disebut-sebut memiliki keuntungan ganda. Nikel lebih murah dan juga mampu menyimpan lebih banyak energi.
Baca juga: Inspirasi Energi: Energi Pasang Surut Air Laut yang Melimpah di Seluruh Dunia
Sehingga, hal itu memungkinkan produsen mengurangi volume yang dibutuhkan untuk setiap baterai.
Kendati demikian, kobalt juga memiliki keuntungan yakni tidak mudah panas atau tidak mudah terbakar.
Artinya, jika mengganti kobalt dengan nikel, produsen perlu melakukan penyesuaian keamanan baterainya.
Perusahaan elektronik dan baterai dari Jepang, Panasonic, berencana untuk mengomersialkan baterai tanpa kobalt dengan kapasitas tinggi dalm dua hingga tiga tahun mendatang.
Baca juga: Inspirasi Energi: Panas Bumi (1) Geotermal Masih Dimanfaatkan untuk Memasak di Negara-negara Ini
Asia mendominasi produksi baterai lithium-ion. Sekitar 80 persen pasokan baterai lithium -ion berasal dari Asia. Mayoritas dari pasokan tersebut berasal dari China.
Sementara itu, Eropa sedang membangun pabrik baterai baru dan diprediksi bakal melampaui Amerika Utara dalam pembuatan baterai mulai 2021, menurut Wood Mackenzie.
Secara keseluruhan, perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology, merupakan produsen yang membuat baterai paling banyak pada 2019.
Bisnis produsen baterai kini menjadi bisnis dengan persaingan yang ketat untuk memasok produsen mobil, yang dipimpin oleh Panasonic pada 2019.
Perusahaan asal Korea Selatan, LG Chem, berhasil melonjak ke depan pada 2020, menguasai sekitar seperempat pasar baterai global dalam delapan bulan pertama, menurut SNE Research.
Baca juga: Inspirasi Energi: Panas Bumi (2) Pemanfaatan Geotermal Sebagai Penghangat Ruangan
Usaha patungan Tesla dan Panasonic adalah produsen baterai terbesar di AS. Sedangkan Northvolt AB, perusahaan yang didirikan oleh mantan eksekutif Tesla, merupakan yang tersbesar di Swedia.