Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Vaksinasi Covid-19 Petugas Kesehatan Indonesia di Inggris Hanya Rasakan Pegal Linu

Kompas.com - 02/01/2021, 18:32 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

"Untuk berjaga-jaga, kehamilan perlu dihindari paling tidak 2 bulan setelah vaksin," menurut keterangan dalam brosur.

Bulan lalu, regulator di Inggris menyarankan orang dengan riwayat alergi serius sebaiknya tidak divaksin dengan vaksin buatan Pfizer/BioNTech.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah dua petugas kesehatan yang disuntik vaksin Selasa (8/12/2020) lalu menunjukkan reaksi alergi.

Ketiga paramedis Indonesia ini mengatakan "lega" mendapatkan vaksinasi ini dan dapat menghadapi pasien dengan tenang, tanpa khawatir menulari mereka.

Pitha mengatakan dengan vaksinasi ini, "saya jadi lebih aman terhadap pasien yang rentan seperti ibu hamil, pasien penderita kanker dan pasien rentan lain."

Pitha juga mengatakan harapannya agar vaksinasi dapat dipercepat karena "jumlah pasien yang dirawat lebih banyak dari gelombang pertama...dan sepertiga pasien di unit persalinan positif Covid-19."

Sementara, Annas Alamudi berharap vaksinasi yang diterimanya menekan risiko penularan ke anak-anak.

"Saya ambil vaksinasi untuk melindungi anak," ucapnya.

Tahun lalu, kata Annas, ia tak bertemu dengan putranya selama 3 bulan.

Bagi Ardito Widjono, keparahan gelombang kedua Covid-19 terlihat dari rumah sakit yang kewalahan.

"Di UGD, saking sibuknya, ambulans antre masuk setiap malam. Saya terpaksa periksa pasien di belakang ambulans saking penuh," kata Ardito.

"Pasien tampaknya tidak sehati-hati di puncak pertama. Ketika penularan tinggi dengan adanya varian baru virus corona, ada yang cerita ke saya, mereka ke pesta Natal, pesta Tahun Baru, diam-diam. Tampaknya, mereka belum paham separah apa gelombang kedua ini," tambahnya.

Baca juga: Turki dan Jerman Pertimbangkan Produksi Vaksin Covid-19 Bersama

"Tsunami" dan "fase paling berbahaya"

Profesor Hugh Montgomery, selaku dokter di perawatan intensif RS University College London , mengatakan kepada BBC, tim gawat darurat di Inggris menghadapi apa yang ia sebut "tsunami" kasus virus corona karena lonjakan kasus positif.

Montgomery mengatakan banyak orang yang melanggar karantina, tidak mempedulikan protokol kesehatan, termasuk tidak memakai masker dan jaga jarak.

Ia menyebut orang-orang yang tidak mempedulikan protokol kesehatan ini "tangannya berdarah", karena bertanggung jawab atas penyebaran.

Peningkatan kasus harian di Inggris mencapai lebih dari 53.000 kasus pada (29/12/2020), dengan angka okupansi rumah sakit juga melonjak.

Saat ini rumah sakit di Inggris merawat lebih dari 20.400 pasien, menurut data layanan kesehatan Inggris (NHS). Jumlah tersebut lebih tinggi dari 19.000 pasien pada puncak pertama April tahun lalu.

Penasehat pemerintah dari badan sains Inggris memperingatkan karantina wilayah perlu diperketat untuk mencegah "bencana."

Lonjakan penyebaran varian baru virus corona ini menunjukkan Inggris memasuki "tahap baru pandemi yang sangat berrbahaya," menurut Prof Andrew Hayward, anggota badan penasehat pemerintah untuk penyakit pernafasan akibat virus, New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (Nervtag).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com