Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Disebut Jadi Sebab Klaster Covid-19 di Distrik Shunyi China

Kompas.com - 31/12/2020, 21:35 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China menyebut seorang warga Indonesia telah menjadi silent carrier yang menyebabkan klaster Covid-19 di distrik Shunyi di ibu kota Beijing baru-baru ini. 

Melansir Global Times pada Rabu (30/12/2020), Pang Xinghuo, wakil direktur pusat kota untuk pencegahan dan kontrol penyakit menyebutkan bahwa Beijing telah melakukan penyelidikan epidemiologi menyeluruh terhadap 16 kasus terbaru di Shunyi dan hasilnya warga Indonesia menjadi penyebab klaster Covid-19.

Distrik Shunyi, dekat Bandara Internasional ibu kota Beijing, telah melaporkan 16 pasien Covid-19, terdiri dari 14 kasus lokal yang dikonfirmasi, 1 kasus tanpa gejala, dan 1 kasus impor, sejak infeksi pertama diidentifikasi pada 23 Desember.

Baca juga: Kematian Harian karena Covid-19 di AS Capai Rekor Lebih dari 3.900 Jelang Tutup Tahun 2020

Dengan menganalisis urutan genetik virus, hasilnya menunjukkan bahwa Covid-19 itu termasuk dalam genotipe-L dari cabang Eropa, yang memiliki kemiripan yang tinggi dengan varian virus corona yang ditemukan di Asia Tenggara pada November.

Sehingga, menunjukkan wabah Beijing terbaru diimpor dari luar negeri dan kasus awal Covid-19 yang menyebabkan klaster di Shunyi diimpor dari Indonesia.

Hasil penyelidikan menunjukkan seorang pria berusia 28 tahun yang memasuki Provinsi Fujian di China Timur pada akhir November, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke distrik Shunyi di Beijing.

Pang mengatakan bahwa pria itu duduk di sebelah pasien yang dikonfirmasi dari Indonesia dalam penerbangan dari Indonesia ke Fujian.

Baca juga: Media Sosial Korea Bagikan Klaim Palsu Terkait Obat Covid-19, Ini yang Benar...

Dia pergi ke Beijing pada 10 Desember setelah menyelesaikan karantina 14 hari di Fujian dan dinyatakan negatif setelah tes asam nukleat.

Dia kemudian dinyatakan positif dalam tes antibodi serum dan tetap negatif dalam tes asam nukleat lainnya pada 26 Desember.

Sampel dari tempat tinggal dan tempat kerja pria itu dinyatakan positif virus corona. Lalu, ia dibawa ke Rumah Sakit Ditan Beijing.

Tes asam nukleatnya menjadi positif pada 28 Desember dan dia diidentifikasi sebagai pembawa virus corona tak terduga (silent carrier).

Baca juga: Media Sosial Korea Bagikan Klaim Palsu Terkait Obat Covid-19, Ini yang Benar...

Kasus impor ini menginfeksi teman sekamarnya dan kemudian menyebabkan infeksi pada pegawai supermarket dan sekelompok pengemudi online, serta teman-teman dan pekerja yang memanggil mobil online di kawasan industri Jinma, yang melalui aktivitas kelompok.

Pang mencatat bahwa tidak ada bukti bahwa rangkaian infeksi ini terkait dengan kasus asimtomatik yang dilaporkan di distrik Xicheng Beijing dan kasus yang telah meninggalkan China menuju Korea Selatan.

Zhi Xianwei, seorang pejabat senior di distrik Shunyi mengatakan pada konferensi pers pada Rabu (30/12/2020) bahwa distrik tersebut telah membatalkan semua kegiatan yang dihadiri lebih dari 100 orang, menghentikan kegiatan kerumunan dan memperkuat upaya pencegahan di restoran dan sekolah.

Survei epidemiologi menyeluruh tidak hanya menunjukkan proses infeksi dari kasus-kasus ini di Beijing, tetapi juga memberikan kesan kepada para netizen.

Baca juga: Sah! China Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Sinopharm Covid-19

Banyak komentar di Sina Weibo bahwa proses pelacakan Covid-19 seperti "novel detektif".

Seorang netizen bernama Doueryu menulis, "Kemampuan Beijing untuk menyelidiki proses penularan 16 kasus Covid-19 dalam waktu yang singkat dan sedemikian jelas tidak hanya mengesankan publik."

"Tetapi juga menawarkan kepercayaan kepada masyarakat China atas kemampuan negara itu dalam mengendalikan epidemi," lanjutnya.

Beberapa menyarankan bahwa survei epidemiologi menunjukkan perlunya memperpanjang masa karantina bagi orang-orang yang memasuki China atau perlunya uji asam nukleat lanjutan setelah karantina 14 hari.

Baca juga: Sepinya Tahun Baru Saat Pandemi Covid-19: Beragam Restriksi dan Hilangnya Kembang Api

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com