Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Erdogan Ingin Hubungan Lebih Baik dengan Israel, Ada Apa?

Kompas.com - 29/12/2020, 12:03 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - "Jika tidak ada masalah di tingkat atas (di Israel), hubungan kami bisa sangat berbeda," kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada Jumat (25/12/2020).

Kemudian ia menambahkan, "Kami ingin membawa hubungan kami ke titik yang lebih baik."

Ada apa di balik pernyataan Erdogan terhadap negara yang menduduki Palestina itu?

Pernyataan Erdogan itu menandai keinginannya untuk menjalin hubungan dengan Israel yang lebih baik dari sekarang.

Saat ini Turki dan Israel menjalin hubungan kerja sama sebatas berbagai informasi intelijen.

Bersamaan dengan pernyataannya itu, ia juga sempat mengatakan bahwa di samping keinginannya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, ia masih mempertimbangkan kesulitan yang ditanggung Palestina karena Israel.

Ia menyebut kebijakan Israel terhadap Palestina tetap sebagai "tidak dapat diterima".

Baca juga: Presiden Erdogan Sebut Macron Hanya Beban Negara dan Berharap Segera Lengser

Sebelumnya, Turki dikenal menentang berbagai tindakan Israel terhadap Palestina, seperti menduduki wilayah Tepi Barat. Ia juga menyuarakan kedaulatan untuk Palestina.

Aykan Erdemir, direktur senior Program Turki di Yayasan Pertahanan Demokrasi dan mantan anggota parlemen Turki, mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa Erdogan telah menikmati hubungan baik dengan Presiden Donald Trump.

Melansir The Jerusalem Post pada Senin (28/12/2020), Erdemir menilai Erdogan mulai mendapatkan "manfaat" dari Trump "yang melindunginya dari tindakan yang lebih keras, termasuk sanksi yang diminta aik Partai Republik dan Demokrat di Kongres AS."

Menurut Erdemir, presiden Turki, memiliki kekhawatiran bahwa pemerintahan Biden yang akan datang akan lebih keras kepada Turki dari pada pemerintahan Trump.

Sehingga, Erdogan nampak berharap untuk mendapatkan bantuan melalui sikap diplomatik, "termasuk penjangkauan setengah hati ke Israel."

Baca juga: Presiden Erdogan Dikecam Iran Bacakan Puisi Separatis di Azerbaijan

"Erdogan juga berharap obrolan tentang pemulihan hubungan Turki-Israel juga akan mengintervensi terhadap kerja sama energi yang berkembang di Mediterania Timur, yang telah memperdalam isolasi diplomatik terhadap Ankara di kawasan itu," katanya.

Namun menurutnya, Erdogan memiliki tantangan sulit untuk meyakinkan rekan-rekan Isarel bahwa ada substansi nyata dalam jangkauannya."

Hal itu lantaran, karena rekam jejak Erdogan yang konsisten terhadap anti-Israel dan ledakan anti-semitnya selama bertahun-tahun.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Turki dan Israel memiliki potensi besar untuk membangun hubungan win-win di bidang ekonomi, diplomatik, dan keamanan.

“Tetapi, fiksasi Islamis Erdogan akan mencegah kerja sama berbasis kepercayaan," ujarnya.

Baca juga: Erdogan di Puncak Daftar 50 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021

Selama Erdogan terus menawarkan Hamas pangkalan terpentingnya di luar Gaza, pejabat Israel akan tetap waspada terhadap tawaran presiden Turki.

Soner Cagaptay, penulis Erdogan's Empire: Turkey and the Politics of the Middle East dan rekan senior di Washington Institute, mengatakan kepada The Jerusallem Post bahwa hampir 10 tahun yang lalu, Erdogan meluncurkan kebijakan luar negeri baru.

Kebijakan itu mendukung pemberontakan Arab dan juga memutuskan hubungan dengan AS, ketika ada potensi untuk mengalihkan arah Turki dari Eropa ke Timur Tengah.

“Tujuan akhirnya adalah menjadikan Turki negara kekuatan bintang di Timur Tengah. Itu tidak terjadi satu dekade kemudian," kata Cagaptay.

“Turki saat ini memiliki lebih sedikit teman di Timur Tengah baru-baru ini. Faktanya, kecuali Qatar dan setengah dari Libya, dia tidak memiliki teman dari Timur Tengah. Pada saat yang sama, ia tidak dapat mengandalkan sekutu tradisionalnya, Israel, AS, atau UE," terangnya.

Baca juga: Erdogan Ingin Jalin Hubungan Lebih Baik dengan Israel, Masalah Pelestina Jadi Kunci

Menurut Cagaptay, faktor lain yang mendorong keputusan Erdogan adalah bahwa Presiden Turki "ingin memikat Biden dan Kongres AS".

"Saya mengikuti politik Turki dan hubungan AS-Turki selama sekitar dua dekade," katanya.

“Saya belum pernah melihat sentimen anti-Turki naik setinggi ini di Kongres AS," lanjutnya. 

"Dan saya pikir Erdogan tahu bahwa jika Turki dan Israel akan semakin dekat sekarang, Israel menjadi sekutu terdekat Amerika di Timur Tengah, itu akan mendapatkan poin bonus untuknya," paparnya.

Dia memperkirakan poros nyata dalam kebijakan luar negeri Turki akan datang.

"Tentu saja, saya tidak yakin sejauh mana Israel akan melompat ke dalam hal ini dan merangkul Turki, karena Emirat, Mesir, Yunani, dan lainnya akan bersikeras bahwa hubungan yang memenas dengan Turki tidak datang dengan mengorbankan hubungan baik mereka," kata Cagaptay.

Baca juga: Turki Ingin Perbaiki Hubungan dengan Israel, Erdogan Ada Maunya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com