Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Ingin Menilai Kembali Kesepakatan Nuklir Iran, Israel Sambut Baik

Kompas.com - 24/12/2020, 15:02 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

TEL AVIV, KOMPAS.com - Israel menyambut baik upaya Jerman dalam menilai kembali kesepakatan nuklir Iran jika Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Joe Biden resmi berkantor di Gedung Putih.

Melansir AFP, Kamis (24/12/2020) hal itu diungkapkan oleh duta besar Israel untuk Jerman, Jeremy Issacharoff yang telah bertugas di Berlin sejak 2017.

Seruan baru-baru ini yang dikeluarkan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas, yakni menilai kembali perjanjian nuklir 2015 dengan pemerintahan baru AS adalah "langkah menuju arah yang benar" menurut Issacharoff.

Kesepakatan nuklir 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan, atau JCPOA telah memberi Iran kelonggaran sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Baca juga: AS Incar Indonesia, Negara Mayoritas Muslim untuk Berdamai dengan Israel

Maas mengatakan kepada majalah Der Spiegel bulan ini bahwa perjanjian tersebut berada di bawah tekanan besar-besaran setelah berulang kali Iran melakukan pelanggaran dan penarikan sepihak dari Donald Trump pada tahun 2018. Hal itu membutuhkan perbaikan.

"Perjanjian nuklir plus" yang direncanakan oleh Maas akan melarang pengembangan senjata nuklir serta membatasi program roket balistik Teheran dan campur tangan di negara-negara di kawasan itu.

Biden telah mengisyaratkan bahwa Washington dapat bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir itu sebagai titik awal untuk negosiasi lanjutan jika Iran kembali patuh.

Tetapi Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif telah menolak pembicaraan tentang perjanjian yang telah dicapai lima tahun lalu setelah pembicaraan maraton yang melibatkan Amerika Serikat, Inggris, China, Perancis, Jerman dan Rusia (atau lebih dikenal dengan negara mitra 5+1).

Baca juga: Trump Beri Penghargaan kepada Para Penasihat Utama karena Sukses Dorong Normalisasi Dunia Arab dengan Israel

Issacharoff mengatakan apa yang disebut sebagai mitra 5 + 1 tersebut perlu mempertimbangkan "keterlibatan Iran yang membuat tidak stabil" di negara-negara termasuk Suriah, Lebanon, Yaman dan Irak dalam setiap negosiasi lebih lanjut dengan Teheran.

"Saya pikir orang perlu menyadari bahwa Anda tidak bisa begitu saja memutar waktu kembali ke tahun 2015," kata Issacharoff.

"Ada produksi rudal dan pengujian rudal dan masalah ini perlu ditangani serta pelanggaran besar-besaran yang telah dilakukan Iran terhadap seluruh perjanjian JCPOA."

Issacharoff mengatakan dia menyambut baik keterlibatan Jerman yang lebih aktif dalam diplomasi Timur Tengah dan "kemitraan strategis" yang sekarang kuat dan telah berkembang dalam 70 tahun sejak peristiwa Holocaust.

 

Baca juga: AS Janjikan Bantuan Rp 28 Triliun jika Indonesia Buka Hubungan dengan Israel

Menurut Issacharoff, Israel ingin menjumpai lebih banyak jenis kemitraan dengan strategi segitiga antara Jerman, AS dan negara-negara di Timur Tengah dalam isu keamanan.

"Saya pikir itu akan lebih aman bagi semua pihak," ujar Issacharoff.

Menurut Issacharoff juga, upaya Jerman itu adalah komitmen mereka menebus kekejaman di era Nazi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com