WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kementerian Energi Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada Kamis (17/12/2020) bahwa pihaknya telah mengatasi pelanggaran dunia maya di jaringannya.
Insiden itu adalah bagian dari aktivitas peretasan besar-besaran yang telah melanda setidaknya dua lembaga pemerintah AS lainnya.
"Malware telah diisolasi ke jaringan bisnis saja," kata juru bicara Kementerian Energi AS Shaylyn Hynes dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Serangan Hacker Bertubi-tubi, Pakar Keamanan di AS Kewalahan
Hynes membantah laporan media AS Politico yang menyebut bahwa serangan siber tersebut berdampak pada keamanan nasional AS, termasuk Badan Keamanan Nuklir Nasional yang mengelola persediaan senjata nuklir "Negeri Uncle Sam".
Perangkat lunak yang diidentifikasi oleh pejabat Kementerian Energi AS sebagai jaringan rentan terhadap serangan siber telah diputus dari jaringan departemen, tambah Hynes.
Badan keamanan siber AS pada Kamis memperingatkan bahwa peretasan tersebut menimbulkan risiko besar bagi jaringan pemerintah dan swasta.
Badan-badan federal dan infrastruktur penting terancam serangan siber canggih yang sulit dideteksi dan akan sulit digagalkan, kata Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur.
Kementerian Keamanan Dalam Negeri, induk badan tersebut, mendefinisikan infrastruktur penting sebagai aset vital bagi AS atau ekonominya, termasuk pembangkit listrik dan lembaga keuangan.
Baca juga: Lembaga Nuklir AS Diserang Hacker, Pejabat: Serangan Terburuk dalam Sejarah Amerika
Menurut pejabat yang dikutip dalam laporan Politico, peretas melakukan lebih banyak kerusakan pada jaringan di Komisi Pengaturan Energi Federal (FERC), Kementerian Energi AS, dibanding cabang lain dari badan tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa laboratorium Sandia dan Los Alamos milik Kementerian Energi AS telah diretas.
FERC mengatur transmisi gas dan listrik antar negara tetapi tidak memiliki kendali atas jaringan listrik AS atau regional.
Senator Deb Fischer, seorang Republikan yang merupakan ketua sub-komite yang mengawasi pasukan nuklir, mengatakan dia yakin dengan keamanan senjata nuklir AS tetapi bermasalah karena peretas mengakses jaringan NNSA.
"Memperkuat kebutuhan memodernisasi perusahaan nuklir kami untuk memastikannya tetap aman, terlindungi, dan efektif dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang," kata Fischer, yang telah meminta penjelasan dari Kementerian Energi AS.
Baca juga: Setelah Kemenkeu dan Kemendag, Hacker Serang Kementerian Energi AS
Peretas mengakses agensi federal melalui lubang perangkat lunak dari perusahaan yang berbasis di AS, SolarWinds.
Kode berbahaya disembunyikan dalam pembaruan perangkat lunak Orion pada Maret lalu yang dapat memberikan informasi yang sama kepada peretas seperti kru TI internal.