STEPANAKERT, KOMPAS.com - Dataran tinggi Nagorno-Karabakh awalnya bernuansa damai dan sejuk, dengan kebun anggur, kebun buah-buahan, dan kebun mulberry untuk ulat sutra yang dibudidaya.
Biji-bijian sereal pun ditanam di kawasan yang dikelilingi hutan lebat itu. Sapi, domba, dan babi juga diternakkan.
Selain itu Nagorno-Karabakh memiliki beberapa industri ringan dan banyak pabrik olahan makanan di ibu kotanya, Xankandi, yang sekarang berganti nama jadi Stepanakert.
Baca juga: Kisah Perang: Chuck Yeager, Manusia Pertama yang Menembus Kecepatan Suara
Membentang dari garis puncak Pegunungan Karabakh di Kaukasus Kecil hingga dataran rendah di tepi Sungai Kura, titik tertinggi kawasan ini adalah di puncak Gunung Gyamysh yaitu 3.724 mdpl.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, Nagorno-Karabakh diakuisisi oleh Rusia pada 1813, dan pada 1923 pemerintah Soviet menetapkannya sebagai daerah kantong minoritas di Azerbaijan.
Selama beberaka dekade dipimpin Soviet, Nagorno-Karabakh mulai berkembang. Namun situasi berubah sejak 1988 ketika etnis Armenia di sana mulai bergejolak ingin memindahkan yurisdiksinya ke negara kelahiran mereka.
Hingga akhirnya, setelah Armenia dan Azerbaijan merdeka usai pecahnya Uni Soviet, genderang perang pun ditabuh kedua negara untuk memperebutkan Nagorno-Karabakh.
Baca juga: Kisah Perang Anglo-Zanzibar: Baru 2 Menit Sultan Kabur, Istana Hancur, 38 Menit Selesai
Sebelum perang Azerbaijan-Armenia terbaru berkecamuk pada akhir September 2020, keduanya sudah saling bunuh selama beberapa tahun pada 1990-an.
Menurut pemberitaan Euronews, pada 1-2 Desember 1987 penembakan kepala desa Chardakhly yang dihuni warga Armenia diprotes penduduk setempat, tapi ditindak dengan kekerasan oleh polisi Azerbaijan.
Deputi Rakyat NKAO mengeluarkan resolusi untuk penyatuan kembali dengan Armenia, tetapi tidak ada perwakilan Azerbaijan yang hadir.
Sejumlah besar orang lalu berkumpul di Yerevan untuk mendukung penyatuan kembali NKAO dengan SSR Armenia pada akhir Februari. Aksi itu berujung kericuhan, dan penduduk Armenia di kota Sumgait, Azerbaijan, pun harus mengungsi.
Baca juga: Kisah Perang: Chris Kyle, Sosok di Balik Legenda American Sniper
Badan Tertinggi dari SSR Armenia sempat memberikan persetujuan NKAO kembali ke pelukan Armenia berdasarkan Pasal 70 Konstitusi Uni Soviet, tetapi badan setara di Azerbaijan menolaknya.
Pada 18 Juli 1988, Presidium Tertinggi Uni Soviet juga menetapkan Nagorno-Karabakh harus tetap menjadi bagian Azerbaijan. Moskwa bahkan mengaktifkan tindakan darurat untuk memulihkan ketertiban di NKAO.