Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diskriminasi ke Bisnis Makanan Asia Meningkat Selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 21/12/2020, 13:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AP

WASHINGTON, KOMPAS.com - Ketika virus corona menyebar ke seluruh AS, intoleransi terhadap orang Asia-Amerika turut meningkat. Pasalnya virus Covid-19 ini diberitakan muncul pertama kali di China.

Laporan dari Stop AAPI Hate, sebuah koalisi kelompok advokasi Asia-Amerika pada Agustus lalu menyatakan, mereka menerima lebih dari 2.500 laporan ujaran kebencian dan diskriminasi di seluruh negeri.

Kelompok tersebut didirikan pada Maret, saat wabah virus corona mulai memburuk di AS. Mereka menerima data dari 47 negara bagian, dengan 46 persen insiden terjadi di California, diikuti dengan 14 persen di New York.

Selain itu, usaha kecil Asia-Amerika termasuk yang paling terpukul oleh penurunan ekonomi selama pandemi.

Secara keseluruhan aktivitas bisnis kecil di seluruh AS menurun sebesar 22 persen mulai Februari hingga April, tapi aktivitas pemilik bisnis Asia-Amerika turun 26 persen, menurut sebuah studi oleh National Bureau of Economic Research.

Baca juga: Sebut Covid-19 sebagai Virus China, Trump Banjir Kritikan di Twitter

“Banyak bisnis yang masih berdiri menjadi sasaran stigmatisasi,” kata Clarence Kwan, pencipta majalah masak anti-rasis Chinese Protest Recipes, melansir AP pada Minggu (20/12/2020).

“Terjadi vandalisme terhadap restoran. seakan pandemi belum cukup, ada ancaman tambahan bagi bisnis Asia dari kebencian yang masih ada, " tambahnya.

Pembicaraan tentang stigmatisasi makanan Asia mencapai puncaknya bulan ini setelah kontestan MasterChef: The Professionals, Philli Armitage-Mattin, menggunakan frase Dirty Food Refined dan tagar #prettydirtyfood di bio Instagram-nya, yang menggambarkannya sebagai spesialis makanan Asia.

"Pada tahun di mana komunitas China dan Asia Timur pada dasarnya disalahkan atas pandemi dan dihukum sebagai 'kotor', jenis narasi ini sama sekali tidak dapat diterima," tulis Kwan di Instagram.

Bio Instagram Armitage-Mattin telah diubah dan koki yang tinggal di London tersebut meminta maaf di Instagram. Dia juga bersikeras bahwa dia tidak pernah bermaksud menghina siapa pun.

“Yang saya maksud dengan makanan kotor adalah makanan jalanan. Makanan yang menghibur Anda seperti, saat pergi makan keluar untuk makan burger kotor,” tulisnya.

Baca juga: Virus Corona Kian Akut, Sejumlah Restoran China Bangkrut

Namun Kwan mengatakan, khususnya dalam suasana saat ini, frasa seperti itu bisa berbahaya.

“Itu adalah cara yang sangat sembrono, cuek, dan tuli akan perbincangan tentang makanan Asia,” katanya.

Retorika rasis yang menyebut makanan Asia kotor atau sarat penyakit sudah ada sejak tahun 1850-an, kata Ellen Wu, seorang profesor sejarah di Indiana University.

Wu mengatakan anggapan keliru bahwa orang China makan tikus atau daging anjing muncul karena adanya ketakutan dari pekerja kulit putih Amerika.

Halaman:
Baca tentang
Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com