Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Negara Kaya dan Miskin Saling Sikut Rebutan Vaksin Covid-19...

Kompas.com - 20/12/2020, 18:55 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Kami pasti bersaing dengan negara-negara yang lebih kaya. Itu sudah pasti," kata Faisal Sultan, asisten khusus perdana menteri Pakistan di bidang kesehatan, yang memegang posisi sentral dalam negosiasi tersebut.

"Semua orang menginginkan kue pai yang jumlah terbatas. Jumlahnya sudah pasti untuk saat ini dan semua orang ingin mendapatkan sepotong pai itu. Jelas akan ada saling sikut dan dorong," ujarnya.

Sejauh ini, dia mengatakan negosiasi berjalan dengan baik tetapi mereka belum membeli vaksin apa pun.

Pakistan tidak mampu membayar untuk sebuah vaksin yang belum terbukti efektivitasnya.

"Itu sebuah kemewahan," kata Dr Sultan.

"Saya pikir hanya ada segelintir negara yang dapat melakukan ini. Jika kami bisa mendapatkan vaksin yang tepat, kombinasi yang tepat, kami akan baik-baik saja. Tapi kami tidak bisa melakukan taruhan buta."

Baca juga: Kekhawatiran Umat Islam Indonesia akan Status Halal Vaksin Covid-19 Disorot Media Amerika

Universitas terkemuka di Pakistan telah membantu menjalankan uji klinis vaksin yang dibuat perusahaan China, CanSinoBIO dan hal itu mungkin membantu mengamankan pasokan vaksin. Namun, itu juga bukan tanpa imbalan.

Negosiasi juga tidak murni tentang uang.

Delgado mengakui bahwa hubungan diplomatik Meksiko yang baik adalah bagian penting dalam kesepakatan yang sukses untuk mendapatkan vaksin.

"Perusahaan ada di dalam negara," kata Dr Sultan setuju.

"Dan ketika Anda berbicara tentang negara, jelas politik dan aliansi dan semua hal ini ikut berpengaruh. Tapi saat ini, apa yang kami coba lakukan adalah bekerja di atas keributan geopolitik, hal yang mungkin atau tidak mungkin terjadi."

Lois Chingandu dan People's Vaccine Alliance menyerukan sesuatu yang lebih radikal daripada diplomasi atau bahkan COVAX.

Mereka ingin perusahaan vaksin berbagi kekayaan intelektual, sehingga bentuk generik vaksin bisa dibuat.

WTO telah menunda keputusannya apakah mereka akan mengesampingkan aturan kekayaan intelektual untuk vaksin Covid.

Proposal tersebut mendapat dukungan dari beberapa negara di WTO tetapi ditentang oleh banyak negara Barat.

Jadi untuk sebagian besar negara, mereka masih menunggu untuk mendapat vaksin.

"Orang-orang akan terus meninggal karena Covid," kata Chingandu, "sementara orang-orang di negara lain menjalani kehidupan normal."

Baca juga: 3 Vaksin Covid-19 Mendapat Persetujuan Darurat, Bagaimana Vaksin Lainnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Global
Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com