"Kami pasti bersaing dengan negara-negara yang lebih kaya. Itu sudah pasti," kata Faisal Sultan, asisten khusus perdana menteri Pakistan di bidang kesehatan, yang memegang posisi sentral dalam negosiasi tersebut.
"Semua orang menginginkan kue pai yang jumlah terbatas. Jumlahnya sudah pasti untuk saat ini dan semua orang ingin mendapatkan sepotong pai itu. Jelas akan ada saling sikut dan dorong," ujarnya.
Sejauh ini, dia mengatakan negosiasi berjalan dengan baik tetapi mereka belum membeli vaksin apa pun.
Pakistan tidak mampu membayar untuk sebuah vaksin yang belum terbukti efektivitasnya.
"Itu sebuah kemewahan," kata Dr Sultan.
"Saya pikir hanya ada segelintir negara yang dapat melakukan ini. Jika kami bisa mendapatkan vaksin yang tepat, kombinasi yang tepat, kami akan baik-baik saja. Tapi kami tidak bisa melakukan taruhan buta."
Baca juga: Kekhawatiran Umat Islam Indonesia akan Status Halal Vaksin Covid-19 Disorot Media Amerika
Universitas terkemuka di Pakistan telah membantu menjalankan uji klinis vaksin yang dibuat perusahaan China, CanSinoBIO dan hal itu mungkin membantu mengamankan pasokan vaksin. Namun, itu juga bukan tanpa imbalan.
Negosiasi juga tidak murni tentang uang.
Delgado mengakui bahwa hubungan diplomatik Meksiko yang baik adalah bagian penting dalam kesepakatan yang sukses untuk mendapatkan vaksin.
"Perusahaan ada di dalam negara," kata Dr Sultan setuju.
"Dan ketika Anda berbicara tentang negara, jelas politik dan aliansi dan semua hal ini ikut berpengaruh. Tapi saat ini, apa yang kami coba lakukan adalah bekerja di atas keributan geopolitik, hal yang mungkin atau tidak mungkin terjadi."
Lois Chingandu dan People's Vaccine Alliance menyerukan sesuatu yang lebih radikal daripada diplomasi atau bahkan COVAX.
Mereka ingin perusahaan vaksin berbagi kekayaan intelektual, sehingga bentuk generik vaksin bisa dibuat.
WTO telah menunda keputusannya apakah mereka akan mengesampingkan aturan kekayaan intelektual untuk vaksin Covid.
Proposal tersebut mendapat dukungan dari beberapa negara di WTO tetapi ditentang oleh banyak negara Barat.
Jadi untuk sebagian besar negara, mereka masih menunggu untuk mendapat vaksin.
"Orang-orang akan terus meninggal karena Covid," kata Chingandu, "sementara orang-orang di negara lain menjalani kehidupan normal."
Baca juga: 3 Vaksin Covid-19 Mendapat Persetujuan Darurat, Bagaimana Vaksin Lainnya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.