Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagikan Data Pengguna ke China, Mantan Karyawan Zoom Dicari FBI

Kompas.com - 19/12/2020, 18:24 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang mantan karyawan Zoom dicari oleh FBI atas dugaan partisipasinya dalam skema untuk menyensor pertemuan atas nama pemerintah China, melansir CNN pada Sabtu (19/12/2020).

Xinjiang "Julien" Jin dan rekan-rekan konspiratornya diduga menghentikan setidaknya empat video meeting untuk peringatan 31 tahun pembantaian di Lapangan Tiananmen pada Juni.

Sebagian besar pertemuan diselenggarakan dan dihadiri oleh peserta dari Amerika Serikat. Menurut dokumen pengadilan, beberapa dari mereka adalah demonstran yang telah berpartisipasi dan selamat dari protes tahun 1989.

Zoom tidak disebutkan dalam pengaduan. Tetapi sumber yang mengetahui investigasi mengidentifikasi perusahaan tersebut sebagai Zoom. Perusahaan mengonfirmasi Jin adalah mantan karyawan yang berbasis di China.

"Kami mengetahui selama penyelidikan bahwa mantan karyawan yang berbasis di China yang didakwa hari ini melanggar kebijakan Zoom. Antara lain dengan mencoba menghindari kontrol akses internal tertentu," kata Zoom dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Guru Malaysia Senang Akhirnya Bisa Buat Kelas di Zoom, tapi Muridnya Tak Ada yang Hadir

Perusahaan mengetahui bahwa tindakan mantan karyawan tersebut mengakibatkan penghentian beberapa pertemuan rapat dan akun.

Dia bahkan membagikan atau mengarahkan berbagi data pengguna individu dalam jumlah terbatas dengan otoritas China.

Zoom mengatakan memberhentikan karyawan itu karena melanggar kebijakan perusahaan. Beberapa karyawan lain juga dikenakan cuti administratif, sambil menunggu selesainya penyidikan perusahaan.

Jin, 39 tahun, didakwa bersekongkol melakukan intervensi antar-negara, dan persekongkolan yang melanggar hukum dengan membagikan alat identifikasi pribadi, menurut pengaduan yang diajukan di Pengadilan AS untuk Distrik Timur New York.

Pengaduan tersebut juga menyebutkan bahwa Jin secara proaktif memantau konferensi video. Terutama terkait topik politik dan agama, yang tidak dapat diterima oleh Partai Komunis China (PKC) dan pemerintah China. Hal itu dilakukan sejak Januari 2019.

Baca juga: Remaja Ini Digugat karena Perbuatan Cabul di Aplikasi Zoom Saat Kelas Daring

Dia juga menggunakan identifikasi palsu dan mengajukan keluhan palsu terhadap pengguna platform, untuk membenarkan penghentian rapat dan akun pengguna, menurut keluhan tersebut.

Jin diduga memalsukan laporan kepada atasan perusahaan, dengan menyatakan pengguna yang berbicara menentang pemerintah China mendukung organisasi teroris, menghasut kekerasan, dan mendistribusikan pornografi anak.

Pemerintah China menggunakan informasi dari Jin untuk membalas dan mengintimidasi pengguna. Anggota keluarga mereka yang tinggal di negara itu juga menjadi sasaran.

Jin diduga dengan sukarela melakukan kejahatan. Ia berusaha menyesatkan orang lain di perusahaan, untuk membantu otoritas China menyensor dan menghukum pidato politik pengguna AS, hanya karena mereka menggunakan hak kebebasan berekspresinya.

Baca juga: Sedang Mengajar Lewat Zoom, Profesor Ini Tiba-tiba Jatuh kemudian Meninggal

Tuduhan yang diumumkan Sabtu (19/12/2020), juga menyatakan bahwa karyawan Perusahaan teknologi AS di China, membuat perusahaan-perusahaan itu dan penggunanya, rentan terhadap pengaruh jahat pemerintah China, "kata Pejabat Jaksa Amerika Serikat Seth Du Charme dalam siaran persnya.

Jin diketahui berada di Provinsi Zhejiang China dan tidak dalam tahanan AS menurut kantor Kejaksaan AS.

Surat perintah penangkapan federal dikeluarkan untuk Jin pada 19 November 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com