Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenderal Paling Senior AS Desak Taliban Kurangi Kekerasan dan Tagih Janji Soal Afghanistan

Kompas.com - 18/12/2020, 13:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Jenderal paling senior Amerika bertemu dengan negosiator Taliban pada Kamis (17/12/2020) di Doha, Qatar untuk mendesak kelompok itu mengurangi aksi kekerasan di Afghanistan.

Mark Milley, ketua dari gabungan kepala staf militer AS bertemu negosiator Taliban sebelum bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul.

Pejabat senior AS telah memperingatkan secara terbuka bahwa peningkatan kekerasan Taliban membahayakan pembicaraan damai antara Taliban dengan pemerintah Afghanistan.

Seorang juru bicara militer mengatakan Jenderal Milley telah "membahas perlunya pengurangan segera kekerasan dan mempercepat kemajuan menuju solusi politik yang dinegosiasikan, yang berkontribusi pada stabilitas regional dan menjaga kepentingan nasional AS".

Baca juga: Perempuan Berdaya: Suhaila Siddiq Jenderal Perempuan Taliban Pertama, Bekerja Tanpa Burka

Menurut Associated Press (AP), Jenderal Milley mengatakan kepada sekelompok wartawan terpilih dalam perjalanan itu, "Bagian terpenting dari diskusi yang saya lakukan dengan Taliban dan pemerintah Afghanistan adalah perlunya pengurangan segera dalam kekerasan. Segala sesuatu yang lain bergantung pada itu."

Itu adalah pertemuan kedua Jenderal Milley dengan tim perunding Taliban yang tidak diumumkan, kata AP, setelah pertemuan pertama pada Juni, di Doha.

Kedua pertemuan itu dirahasiakan hingga Kamis (17/12/2020), seperti yang dilansir dari BBC pada hari yang sama.

Para pejabat AS menuduh Taliban meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan Afghanistan, serta sasaran sipil lainnya, bahkan ketika negosiator kelompok itu bertemu dengan pejabat pemerintah di Doha.

Baca juga: Taliban Serang Pos Patroli, 10 Pasukan Keamanan Afghanistan Tewas

Awal pekan ini, seorang wakil gubernur Kabul terbunuh oleh apa yang disebut sticky bomb yang menempel di mobilnya, kata pejabat keamanan.

Jenderal Angkatan Darat Scott Miller, komandan paling senior AS dan pasukan koalisi di Afghanistan, mengatakan kepada AP bahwa serangan itu membahayakan proses perdamaian.

"Semakin tinggi kekerasannya, semakin tinggi risikonya," kata Scott.

Selain menyerang pasukan keamanan, Taliban juga dituduh membunuh para pendukung hak asasi manusia, jurnalis, dan warga sipil lainnya.

Di antara mereka adalah wartawan radio Afghanistan Aliyas Dayee, yang terbunuh bulan lalu, juga oleh sticky bomb.

Baca juga: Setelah Berdamai dengan Taliban, Afghanistan akan Fokus Lawan ISIS

Pembicaraan yang berlangsung di Doha itu adalah pembicaraan damai langsung pertama antara pemerintah Afghanistan dan Taliban, setelah konflik kekerasan selama beberapa dekade.

Pembicara damai dilakukan setelah terjadi kesepakatan antara AS dan Taliban pada Februari, di mana AS berjanji untuk menarik semua tentaranya dari Afghanistan pada musim panas mendatang.

Syaratnya, Taliban harus memastikan kelompok-kelompok termasuk al-Qaeda tidak dapat menggunakan wilayah Afghanistan untuk merencanakan serangan internasional.

AS secara drastis telah mengurangi jumlah pasukannya di negara itu menjelang berakhirnya pemerintahan Trump pada Januari.

Baca juga: Sempat Macet, Negosiasi Damai Taliban-Afghanistan Lanjut Lagi ke Babak Baru

Namun, Edmund Fitton-Brown, koordinator dari Tim Pemantau PBB untuk ISIS, Al-Qaeda dan Taliban, mengatakan kepada BBC pada Oktober bahwa Taliban telah berjanji kepada al-Qaeda menjelang kesepakatan AS bahwa kedua kelompok tersebut akan tetap menjadi sekutu.

"Taliban berbicara secara teratur dan pada tingkat tinggi dengan Al-Qaeda dan meyakinkan mereka bahwa mereka akan menghormati hubungan bersejarah mereka," kata Fitton-Brown.

Pasukan militer AS telah berada di Afghanistan selama hampir dua dekade, sejak meluncurkan serangan udara untuk menggulingkan Taliban pada 2001, setelah serangan 9/11 Al-Qaeda di New York.

Konflik 19 tahun itu adalah yang terpanjang dalam sejarah AS.

Baca juga: Bocor di Internet, Tentara Australia Minum Bir dari Kaki Palsu Milisi Taliban yang Sudah Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com