Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KALEIDOSKOP 2020] Perang Armenia-Azerbaijan di Nagorno-Karabakh dan Senjata yang Dipakai

Kompas.com - 12/12/2020, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Di penghujung September, tepatnya pada 27 September, tentara Azerbaijan dan Armenia dilaporkan saling jual beli tembakan di wilayah Nagorno-Karabakh.

Beberapa saat kemudian, situasi dengan cepat berubah menjadi semakin panas. Baik Armenia maupun Azerbaijan saling menuding satu sama lain sebagai pihak yang memulai konflik.

Pangkalnya, krisis semakin berlarut-larut dan kontak senjata berubah menjadi pertempuran terbuka antara kedua negara di wilayah tersebut. Konflik tersebut akhirnya berubah menjadi pertempuran terbaru antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh.

Armenia lantas mengumumkan darurat perang, begitu pula dengan otoritas separatis di Nagorno-Karabakh. Azerbaijan juga tak mau kalah dan juga langsung mengumumkan darurat perang.

Baca juga: Azerbaijan Umumkan 2.783 Tentaranya Tewas dalam Perang di Nagorno-Karabakh Lawan Armenia

Permasalahan

Azerbaijan dan Armenia telah lama berselisih mengenai Nagorno-Karabakh. Kedua negara tersebut dulunya adalah bagian dari Uni Soviet dan Nagorno-Karabakh diakui sebagai bagian dari wilayah Azerbaijan.

Ketika Uni Soviet runtuh pada 1991, wilayah Nagorno-Karabakh, yang mayoritas beretnik Armenia, ingin melepaskan diri dari Azerbaijan sehingga pertepuran bersenjata pun pecah sebagaimana dilansir dari Britannica.

Armenia mendukung gerakan tersebut sehingga terlibat konflik dengan Azerbaijan. Perang antara kedua negara itu tak terhindarkan hingga menelan korban tewas sekitar 30.000 jiwa.

Pada 1993, Armenia berhasil menguasai Nagorno-Karabakh dan menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan di sekitarnya. Nagorno-Karabakh dikendalikan oleh etnik separatis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia.

Pada 1994, Armenia dan Azerbaijan akhirnya mau nenadatangai gencatan senjata yang ditengahi oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group.

Baca juga: Putin Puji Keberanian PM Armenia yang Tandatangani Kesepakatan Damai Nagorno-Karabakh

OSCE Minsk Group merupakan komite yang dibentuk pada 1994 untuk menangani perselisihan dan diketuai bersama oleh Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Perancis.

Namun, setelah itu, gencatan senjata tak selalu berjalan mulus. Ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh masih terus belangsung.

Hubungan yang panas antara kedua negara tersebut termanifestasi dalam sejumlah bentrokan tentara setelah 1994. Tercatat ada beberapa kali dilaporkan bentrokan kecil setelah tahun 2000-an.

Terbaru, Azerbaijan dan Armenia bertempur dalam skala besar pada 2020 yang dimulai pada 27 September.

Baca juga: Putin Puji Keberanian PM Armenia yang Tandatangani Kesepakatan Damai Nagorno-Karabakh

Seorang prajurit Armenia menembakkan meriam ke arah posisi Azerbaijan di wilayah separatis Republik Nagorny-Karabakh yang memproklamirkan diri, Azerbaijan, Selasa, 29 September 2020.AP/Sipan Gyulumyan Seorang prajurit Armenia menembakkan meriam ke arah posisi Azerbaijan di wilayah separatis Republik Nagorny-Karabakh yang memproklamirkan diri, Azerbaijan, Selasa, 29 September 2020.

Campur tangan asing

Pertempuran tersebut dikhawatirkan menyeret kekuatan utama di regional tersebut, Turki dan Rusia, ikut campur dalam peperangan.

Rusia secara umum dipandang sebagai sekutu Armenia sedangkan Turki dipandang sebagai sekutu Azerbaijan sebagaimana dilansir dari AFP.

Turki dikabarkan telah lama memberikan dukungan di belakang Azerbaijan yang kaya minyak. Sementara itu, Rusia memiliki hubungan dekat dengan Armenia.

Rusia juga memimpin aliansi militer Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) yang beranggotakan enam negara pecahan Uni Soviet termasuk Armenia. Armenia mengandalkan dukungan Rusia dan jaminan militernya.

Di sisi lain, pemimpin negara di seluruh dunia menyerukan agar Armenia dan Azerbaijan duduk bersama untuk menyelesaikan konflik daripada menggunakan kekuatan militernya.

Baca juga: Parlemen Azerbaijan Minta Perancis Dikeluarkan dari Penengah Konflik Nagorno-Karabakh, Ini Sebabnya

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), AS, Pakistan, hingga Iran, menyerukan agar Armenia dan Azerbaijan sesegera mungkin mengadakan gencatan senjata.

Bahkan, Paus Fransiskus mendoakan agar wilayah Kaukasus tersebut segera berdamai dan tercipta perdamaian.

Tentara Armenia memegang senapan mesin Kalashnikov dan mengarahkannya ke pos-pos Azerbaijan, dari parit di garis depan pada Rabu (21/10/2020).AP PHOTO Tentara Armenia memegang senapan mesin Kalashnikov dan mengarahkannya ke pos-pos Azerbaijan, dari parit di garis depan pada Rabu (21/10/2020).

Pertempuran

Pemimpin kelompok separatis di Nagorno-Karabakh, Araik Harutyunyan, mengumumkan darurat militer pada 27 September dan memobilisasi pria yang berusia di atas 18 tahun untuk bertempur.

Di tempat lain, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan kepada rakyatnya untuk bersiap-siap untuk mempertahankan tanah air.

Tak mau kalah, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev juga mengumumkan darurat militer. Dalam pidatonya kala itu, dia menyerukan rakyatnya untuk membela negara.

Selama perang hari pertama, Sky News adan AFP melaporkan sebanyak 23 orang baik dari tentara maupun masyarakat sipil dilaporkan tewas.

Kelompok separatis di Nagorno-mengeklaim mereka menghancurkan empat helikopter, 15 drone, serta 10 tank milik Azerbaijan.

Pada hari kedua perang, tepatnya 28 September, Deutsch Welle mengabarkan korban tewas secara keseluruhan mencapai 95 orang, dengan 11 warga sipil tewas.

Baca juga: Erdogan ke Putin: Upaya Gencatan Senjata Nagorno-Karabakh Bisa Mencakup yang Lain

Armenia dan Azerbaijan saling menuding bahwa pihak lawan mengerahkan artileri berat pada hari-hari awal pertempuran.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com