Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Virus Corona, Filipina Dilanda Kelaparan

Kompas.com - 10/12/2020, 17:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP

MANILA, KOMPAS.com - Lembaga survei Social Weather Stations mencatat, jumlah orang yang mengalami kelaparan telah mencapai rekor tertinggi selama pandemi virus corona di Filipina.

Melansir AFP pada Rabu (9/12/2020), survei September menunjukkan, dalam tiga bulan sebelumnya hampir 7,6 juta rumah tangga (sepertiga keluarga) di negara tidak memiliki cukup makanan setidaknya sekali sehari.

Di antara mereka, ada 2,2 juta keluarga yang mengalami kelaparan parah. Jumlah itu adalah yang tertinggi yang pernah ada, membalikkan tren penurunan sejak 2012.

Angka tersebut telah meningkat sejak Mei, dua bulan setelah negara itu menerapkan penguncian wilayah secara ketat (lockdown).

Pembatasan wilayah telah dilonggarkan dalam beberapa bulan terakhir untuk memungkinkan lebih banyak bisnis beroperasi.

Pemerintah berusaha untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur dan diperkirakan akan menyusut sebesar 9,5 persen tahun ini.

Pembatasan wilayah selama pandemi Covid-19 telah melumpuhkan ekonomi dan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.

Baca juga: Roslinda, Wakil Anak Indonesia Suarakan Dampak Covid-19 di Pertemuan Online PBB

Badan amal berjuang untuk memenuhi permintaan makanan yang terus meningkat karena jutaan keluarga kelaparan di seluruh negeri.

Daniel Auminto adalah salah satu masyarakat yang kehilangan pekerjaannya dan kemudian rumahnya ketika pandemi virus Covid-19 membuat Filipina terkunci.

Sekarang dia dan keluarganya hidup di jalanan, mengandalkan bantuan makanan untuk bertahan hidup.

"Saya belum pernah melihat kelaparan pada tingkat ini sebelumnya," kata Jomar Fleras, direktur eksekutif Rise Against Hunger di Filipina, yang bekerja dengan lebih dari 40 mitra untuk memberi makan orang miskin.

"Jika Anda pergi ke sana, semua orang akan memberitahu Anda bahwa mereka lebih takut mati karena kelaparan daripada mati karena Covid-19. Mereka tidak peduli lagi tentang Covid-19 sekarang."

Bagi kelompok miskin di negara itu, pandemi hanyalah tantangan lain dalam hidup mereka dan bahkan bukan yang paling serius.

Auminto, 41, menghabiskan bertahun-tahun tidur di jalanan dan mencari nafkah dengan menjual sampah untuk didaur ulang.

Peruntungannya berubah pada 2019 ketika dia menemukan pekerjaan yang stabil sebagai tukang bangunan.

Baca juga: Organisasi dan Perusahaan Dunia yang Berkontribusi Menangani Dampak Covid-19

Pekerjaan itu memberinya cukup uang untuk menyewa kamar di Manila, tempatnya berbagi dengan istri dan putri mereka yang berusia dua tahun, membeli makanan dan bahkan menabung sedikit untuk impian mereka membuka toko kecil.

Namun kemudian, Covid-19 melanda.

“Kami kehilangan rumah kami, pekerjaan saya. Kami bahkan kehilangan pakaian kami yang dicuri dari kami,” kata Auminto saat dia duduk di taman tempat keluarga itu tidur di atas kotak karton pipih di malam hari.

“Sebelum pandemi, Saya berencana untuk bekerja dan berusaha keluar dari kemiskinan. Ini untuk keluarga saya, jadi saya bisa memberi mereka kehidupan yang lebih baik, menyekolahkan anak saya."

Setiap hari mereka bergabung dengan antrian panjang yang sebagian besar tunawisma untuk menerima makanan gratis dari dapur umum.

Pada hari-hari tertentu, keluarga tersebut mendapat dua makanan dari dapur umum yang berbeda; hari lain hanya satu. Terkadang mereka tidak punya makanan sama sekali.

Lima hari seminggu para sukarelawan di sebuah pusat di Manila yang dikelola oleh Ordo Katolik Roma menyiapkan sekitar seribu makanan ayam, sayuran dan nasi yang dikemas ke dalam kotak dan diberikan kepada yang lapar.

Permintaan terus meningkat, kata Pastor Flavie Villanueva, yang menjalankan program tersebut.

Baca juga: Di Vertova, Italia, Dampak Covid-19 Lebih Buruk dari Perang Dunia II

"Kami mulai melakukan ini pada bulan April dan mulai dengan 250 orang antre. Ini meningkat menjadi 400, lalu 600, lalu 800. Tiga minggu lalu jumlahnya 1.000," kata Villanueva.

“Mayoritas masih tunawisma, tetapi ada sejumlah besar yang memiliki rumah tetapi putus asa karena tidak ada pekerjaan."

Kelaparan sudah menjadi masalah utama di Filipina sebelum pandemi melanda.

Sekitar 59 juta orang sedang atau sangat rawan pangan antara 2017 dan 2019. Jumlah itu adalah yang tertinggi di Asia Tenggara menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB.

Dampak virus pada kelaparan telah diperburuk oleh serangkaian topan yang melanda negara itu dalam beberapa bulan terakhir, menghancurkan puluhan ribu rumah.

Fleras mengatakan sumbangan makanan telah melonjak selama pandemi, sebagian karena banyak pabrik yang terpaksa menghentikan operasi memberikan kelebihan stok mereka.

Tapi itu tidak cukup untuk memenuhi permintaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com