Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2020, 18:20 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menetapkan target 100 juta vaksinasi Covid-19 dalam 100 hari pertamanya menjabat sebagai presiden.

Dia menjanjikan hal itu saat memperkenalkan tim kesehatannya pada Selasa (8/12/2020). Ia juga mendesak orang Amerika untuk mengenakan masker selama 100 hari.

Di hari yang sama, regulator AS mengonfirmasi vaksin buatan Pfizer/BioNTech 95 persen efektif, membuka jalan untuk disetujui bagi penggunaan darurat.

Sementara, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memastikan rakyat AS mendapatkan prioritas menerima vaksin Covid-19 yang dikembangkan di negara tersebut.

Belum diketahui bagaimana keputusan ini diterapkan, karena perusahaan farmasi sudah menandatangani perjanjian menyediakan vaksin untuk negara-negara lain.

Baca juga: Karena Covid-19, Begini Rencana Pelantikan Presiden Terpilh AS Joe Biden

Trump mengatakan, dia berharap pihak berwenang akan menyetujui penggunaan vaksin dalam beberapa hari ke depan.

Dia juga mengatakan, badan-badan pemerintah siap untuk membagikan vaksin secara massal.

AS telah mencatat lebih dari 15 juta kasus Covid-19 dan 285.000 kematian sejauh ini, menurut penelitian Universitas Johns Hopkins. Angka-angka itu merupakan tertinggi di dunia.

Banyak negara bagian mengalami puncak infeksi dan mencatatkan rekor jumlah orang dirawat di rumah sakit.

Beberapa ahli menyalahkan perjalanan jutaan warga selama liburan Thanksgiving baru-baru ini.

Baca juga: Trump Desak Gubernur Georgia Jadi Pendukungnya untuk Batalkan Kemenangan Biden

Apa yang dikatakan Biden?

Biden menghadiri konferensi pers di Delaware pada Selasa, di mana ia memperkenalkan Jaksa Agung California, Xavier Becerra, sebagai nominasi untuk menteri kesehatan AS dan Rochelle Walensky sebagai kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Dia menyatakan hari-hari pertamanya adalah 100 hari mengubah haluan penyakit dan mengubah hidup di Amerika menjadi lebih baik.

Akan tetapi, dia memperingatkan bahwa penanganan virus corona bisa menjadi lambat dan terhambat jika Kongres AS tidak menyelesaikan pembahasan tentang dana bantuan dan segera menyetujui dana bantuan tersebut.

Di sisi lain, Biden menambahkan bahwa membuka kembali sekolah bagi anak-anak akan menjadi prioritasnya.

Baca juga: Viral, Kenangan Joe Biden Kunjungi Uni Soviet Tahun 1988, Seperti Apa?

Biden memberikan sedikit rincian tentang bagaimana program vaksinasi terbesar dalam sejarah AS akan dilakukan.

Sepekan sebelumnya, dia mengeluh bahwa dirinya tidak diberi tahu rencana pemberian vaksinasi oleh pemerintahan Trump.

Di antara tim kesehatan Biden, adalah Dr Anthony Fauci, sebagai kepala penasihat medis Covid-19.

Pakar penyakit menular itu juga menjadi penasihat tim Trump  dan sering kali menyalahkan pandangan Trump terkait Covid-19.

Baca juga: Joe Biden Tidak Akan Wajibkan Suntik Vaksin Covid-19 di AS, Ini Alasannya...

Apa yang terjadi di Gedung Putih?

Trump menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan untuk memastikan bahwa orang Amerika mendapat prioritas pertama dalam menerima vaksin - sebuah langkah yang tampaknya mengikuti kebijakan America First yang sudah lama berlaku.

"Setiap orang Amerika yang menginginkan vaksin akan bisa mendapatkan vaksin dan kami pikir pada musim semi kami akan berada dalam posisi, yang tidak akan dipercaya oleh siapa pun beberapa bulan yang lalu," ujar Trump.

Pemerintahan Trump berharap untuk melakukan vaksinasi sebanyak 24 juta orang pada pertengahan Januari 2021.

Baca juga: Hasil Pilpres AS, Selisih Joe Biden atas Trump Melebar Jadi 7 Juta Lebih Suara

Akan tetapi, belum diketahui bagaimana perintah eksekutif ini diterapkan karena perusahaan farmasi sudah menandatangani perjanjian menyediakan vaksin untuk negara-negara lain.

Pemerintahan Trump memang mendaftar untuk 100 juta dosis awal vaksin Pfizer/BioNTech, tetapi seorang pejabat Pfizer mengatakan kesempatan untuk membeli vaksin lebih banyak ditolak beberapa kali oleh administrasi Trump dan lebih dari 100 juta vaksin mungkin tidak tersedia hingga Juni 2021.

Adapun, Inggris pada Selasa telah memulai pemberian vaksin virus corona, langkah pertama di dunia.

Baca juga: Iran Tolak Persyaratan Joe Biden untuk Capai Kesepakatan Nuklir

Apa yang terbaru tentang vaksinasi di AS?

Regulator AS pada Selasa mengonfirmasi bahwa vaksin buatan Pfizer/BioNTech 95 persen efektif, membuka jalan untuk disetujui untuk penggunaan darurat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) tidak menemukan masalah keamanan untuk menghentikan persetujuan vaksin dan bertemu pada hari Kamis (10/12/2020) untuk membuat keputusan resmi.

Meskipun dua dosis diperlukan untuk memberikan perlindungan penuh, suntikan pertama mencegah 89 persen kasus yang paling parah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa efek samping seperti kemerahan atau bengkak di tempat suntikan, kelelahan jangka pendek, sakit kepala dan nyeri otot dilaporkan tetapi dianggap ringan.

Sementara, perusahaan bioteknologi AS, Moderna, telah melaporkan keberhasilan serupa dengan vaksinnya dan juga diharapkan mendapatkan persetujuan FDA sebelum Natal.

Baca juga: Joe Biden Akan Galakkan 100 Hari Penggunaan Masker untuk Semua Warga AS

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Rusia Mulai Latihan Angkatan Laut di Perairan Jepang dan Laut Okhotsk

Global
Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Kekhawatiran di Balik Dibukanya Keran Ekspor Pasir Laut Indonesia

Global
Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp800.000 per Jam

Terbiasa Pakai Masker Covid-19, Orang-orang Jepang Ikut Kursus Senyum, Bayar Rp800.000 per Jam

Global
Ukraina Terkini: Utusan Perdamaian Paus Fransiskus Menuju ke Kyiv, Ini Targetnya

Ukraina Terkini: Utusan Perdamaian Paus Fransiskus Menuju ke Kyiv, Ini Targetnya

Global
Peran Indonesia di Tengah Persaingan AS-China di Asia-Pasifik

Peran Indonesia di Tengah Persaingan AS-China di Asia-Pasifik

Global
Kecelakaan Kereta India Tewaskan 288 Orang, Seberapa Aman Naik KA di Sana?

Kecelakaan Kereta India Tewaskan 288 Orang, Seberapa Aman Naik KA di Sana?

Global
UPDATE Kecelakaan Kereta di India: Layanan Kembali Normal Setelah 51 Jam, Rel Ditutup Kain Hijau

UPDATE Kecelakaan Kereta di India: Layanan Kembali Normal Setelah 51 Jam, Rel Ditutup Kain Hijau

Global
Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Apa Itu Hikikomori, Istilah bagi Orang Korsel yang Mengurung Diri di Kamar

Global
Rangkuman Hari Ke-466 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Belgorod Mengungsi | Rudal Hantam Lapangan Terbang

Rangkuman Hari Ke-466 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Belgorod Mengungsi | Rudal Hantam Lapangan Terbang

Global
Ledakan Sonik Gemparkan Ibu Kota AS, 2 Jet F-16 Kejar Pesawat Cessna

Ledakan Sonik Gemparkan Ibu Kota AS, 2 Jet F-16 Kejar Pesawat Cessna

Global
Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang di Ukraina Tengah

Rudal Rusia Hantam Lapangan Terbang di Ukraina Tengah

Global
Stoltenberg: Swedia Sudah Penuhi Syarat Turkiye untuk Gabung NATO

Stoltenberg: Swedia Sudah Penuhi Syarat Turkiye untuk Gabung NATO

Global
Terusan Suez Sempat Macet Lagi karena Mesin Kapal Tanker Rusak

Terusan Suez Sempat Macet Lagi karena Mesin Kapal Tanker Rusak

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Erdogan Menang Pilpres Turkiye | Kecelakaan Kereta India

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Erdogan Menang Pilpres Turkiye | Kecelakaan Kereta India

Global
Erdogan Resmi Berkuasa hingga 2028, Janjikan Kebangkitan Turkiye

Erdogan Resmi Berkuasa hingga 2028, Janjikan Kebangkitan Turkiye

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+