Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2020, 06:29 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Upaya mendorong warga Australia yang kehilangan pekerjaan karena pandemi virus corona untuk bekerja di pertanian tampaknya gagal.

Padahal Pemerintah Australia sudah memberikan insentif berupa tunjangan uang tunai untuk membantu menutupi biaya pindah dan akomodasi ke kawasan pedalaman Australia.

Industri hortikultura di Australia diperkirakan akan mengalami kekurangan 26.000 pemetik buah dan sayuran pada musim panen ini, akibat penutupan perbatasan internasional dan membuat pemegang Work and Holiday Visa (WHV) tidak bisa masuk.

Menurut angka dari Departemen Ketenagakerjaan Federal, program yang menawarkan insentif untuk warga Australia pindah ke pedalaman di musim panen hanya menarik 148 pekerja.

Paket bernama 'Relocation Assistance to Take Up a Job program' menawarkan uang tunai senilai 6.000 dollar Australia, atau lebih dari Rp60 juta, untuk menutupi biaya hidup seperti transportasi, akomodasi, dan seragam, dengan syarat kerja selama enam minggu.

Baca juga: Lawan China, Sejumlah Politisi Dunia Ajak Publik Minum Wine Australia

"Jumlah yang mendaftar tidak mengejutkan," kata Tyson Cattle dari organisasi AusVeg.

"Kami mendukung inisiatif semacam itu dan selalu mengutamakan orang Australia, tetapi usaha menarik mereka tampaknya tidak berhasil."

Program serupa juga pernah dilakukan di Queensland, yang menawarkan warga untuk mau bekerja di kawasan pedalaman di negara bagian tersebut dengan tunjungan uang tunai hingga 1.500 dollar Australia, atau lebih dari Rp15 juta dan hanya satu pelamar yang sukses dalam dua bulan terakhir, sementara 30 orang lainnya masih dalam proses melamar.

Menteri Pertanian Queensland, Mark Furner mengatakan program yang awalnya diumumkan sebagai uji coba untuk dua wilayah di tenggara negara bagian Queensland tersebut akan diperpanjang.

"Kami senang dengan tahap awal skema insentif dan sekarang kami membuatnya tersedia untuk seluruh negara bagian," kata Mark.

Baca juga: Bocor di Internet, Tentara Australia Minum Bir dari Kaki Palsu Milisi Taliban yang Sudah Mati

Kurangnya pekerja Australia serta pekerja internasional membuat para petani apel Queensland, seperti Granite Belt dan petani stroberi Nathan Baronio khawatir.

"Sayangnya kami belum melihat banyak orang yang memanfaatkan skema saat ini," katanya.

"Dalam waktu sekitar 10 hari kami akan membutuhkan 60 hingga 70 pekerja tambahan dan sepertinya ini akan sulit tercapai."

"Kami sudah melihatnya sejak bulan Oktober, tetapi ketika tidak memiliki karyawan, panen bisa ditinggalkan."

"Kami meninggalkan enam setengah hektar stroberi. Hal itu mengakibatkan kerugian panen sekitar 500.000 hingga 600.000 dollar Australia," ujarnya.

Baca juga: China Menolak Meminta Maaf kepada Australia Terkait Foto Tentara Palsu

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com