Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaksa Agung AS: Tidak Ada Bukti Kecurangan Sistemik di Pilpres AS

Kompas.com - 03/12/2020, 11:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP, AP

Ancaman Kekerasan

Kampanye untuk menentang hasil akhir meningkatnya kegelisahan di dalam partai Republik. Utamanya teguran emosional yang ditujukan kepada Trump dari orang yang bertanggung jawab atas sistem pemungutan suara Georgia.

Gabriel Sterling mengadakan konferensi pers untuk memberi tahu presiden bahwa dia telah gagal bersuara menentang ancaman kekerasan kepada pejabat pemilihan.

“Berhentilah menginspirasi orang untuk melakukan potensi tindakan kekerasan. Seseorang akan terluka, seseorang akan tertembak, seseorang akan terbunuh. Dan itu tidak benar,” kata Sterling.

Secara terpisah pada hari Selasa, pendukung setia Trump dan Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell memberikan pengakuan paling jelasnya bahwa Biden akan pindah ke Gedung Putih bulan depan.

Sementara soal negosiasi yang terhenti mengenai paket stimulus untuk memulihkan ekonomi AS, McConnell mengatakan “Kemungkinan akan ada diskusi tentang beberapa paket tambahan dari beberapa ukuran tergantung pada apa yang ingin dikejar oleh pemerintahan baru.”

Baca juga: Berkaca dari Pilpres AS, Apa yang Harus Dilakukan untuk Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Pilkada?

Giuliani membantah Barr

Tidak ada reaksi langsung terhadap Barr dari Trump. Namun dalam pernyataan bersama, Giuliani dan Jenna Ellis, penasihat hukum senior untuk kampanye presiden telah menepis pernyataan tersebut.

"Dengan segala hormat kepada Jaksa Agung, belum ada yang mirip dengan investigasi Departemen Kehakiman," kata mereka.

"Kami telah mengumpulkan banyak bukti pemungutan suara ilegal di setidaknya enam negara bagian yang belum mereka periksa."

Laporan berita baru-baru ini mengatakan bahwa Trump tidak senang dengan Barr karena tidak berusaha mendukung pemilihan kembali presiden.

Lalu pada Selasa, Barr mengungkapkan bahwa dia telah menunjuk seorang jaksa penuntut khusus independen untuk menyelidiki Departemen Kehakiman dan penyelidik FBI yang menyelidiki hubungan antara kampanye Trump dan Rusia dalam pemilu 2016.

Trump telah mengklaim bahwa para penyelidik itu, termasuk mantan penasihat khusus Robert Mueller, adalah bagian dari "perburuan penyihir" politik yang korup oleh "negara bagian" untuk merusak pemerintahannya.

Baca juga: Joe Biden Menang Pilpres AS, Taiwan Harap Hubungan Taipei-Washington Tetap Terjalin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber AFP, AP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com