Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Ancam Akan Serang UEA, Jika Diserang AS Lewat Negara Teluk Itu

Kompas.com - 03/12/2020, 08:23 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran mengirim pesan ancaman kepada Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed, lapor kantor berita Middle East Eye (MEE), Rabu (2/12/2020).

Isi pesan itu adalah ancaman bahwa Iran akan menyerang negara Teluk itu jika Amerika Serikat (AS) menyerang Iran lewat jalur wilayah Uni Emirat Arab (UEA).

"Kami akan menganggap Anda bertanggung jawab atas pembunuhan [ilmuwan nuklir top Mohsen] Fakhrizadeh," ungkap pesan ancaman itu kepada Mohammed bin Zayed.

Baca juga: Usai Ilmuwan Nuklir Top Terbunuh, Kini Komandan Senior Garda Revolusi Iran Tewas Diserang Pesawat Nirawak

Fakhrizadeh dibunuh dalam penyergapan di Teheran pekan lalu dalam serangan yang dituduhkan Iran pada musuh bebuyutannya, Israel.

Kontak pribadi Iran dengan bin Zayed terjadi hanya beberapa jam sebelum UEA mengeluarkan pernyataan pada Minggu kemarin, mengecam pembunuhan Fakhrizadeh yang menurut kementerian luar negeri UEA mampu memicu konflik lebih lanjut di wilayah tersebut.

Israel dalam kewaspadaan tinggi menempatkan kedutaan dan diplomatnya dengan hati-hati, kekhawatiran akan adanya pembalasan Iran atas pembunuhan Fakhrizadeh.

Baca juga: Ilmuwan Nuklir Iran Ditembak Mati dengan Senapan yang Dikendalikan Satelit

Media Israel juga melaporkan bahwa pejabat keamanan Israel khawatir warga negara mereka bisa menghadapi risiko pembalasan di UEA.

UEA dan Israel telah menjalin hubungan diplomatik di bawah perjanjian yang didukung AS bernama Abraham Accord yang ditandatangani pada September untuk menormalkan hubungan mereka.

Normalisasi hubungan itu adalah suatu tindakan yang dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Palestina.

Baca juga: Iran Gelar Pemakaman Ilmuwan Nuklir Top Mohsen Fakhrizadeh

Mohsen Fakhrizadeh, adalah ilmuwan nuklir top Iran yang dilaporkan tewas dalam penyergapan di dekat Teheran pada Jumat (27/11/2020).

Sosoknya telah digambarkan oleh dinas intelijen Barat dan Israel selama bertahun-tahun sebagai pemimpin program bom atom rahasia yang dihentikan pada tahun 2003, yang oleh Israel dan Amerika Serikat (AS) menuduh Teheran berusaha untuk dipulihkan secara rahasia.

Sebelumnya diwartakan Kompas.com, Sabtu (28/11/2020) bahwa Iran menuding Israel hendak memprovokasi perang dengan pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir top mereka.

Mohsen Fakhrizadeh-Mahabadi adalah seorang profesor bidang fisika dan mantan perwira Garda Revolusi Iran.

Baca juga: Profil Mohsen Fakhrizadeh, Ilmuwan Nuklir Top Iran yang Tewas Dibunuh

Dia tewas setelah mobilnya dihujani senapan mesin dan disusul oleh ledakan. Kematiannya itu terjadi setelah 2 tahun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan dunia agar "mengingat namanya dengan baik".

Pembunuhan terhadap ilmuwan nuklit itu membuat beban berat terhadap Teheran. Pasalnya, Januari lalu, komandan top mereka, Qasem Soleimani, dibunuh drone AS di Baghdad, Irak.

Kepala staf militer Mayor Jenderal Mohammad Bagheri menyatakan, kematian Fakhrizadeh-Mahabadi adalah pukulan telak bagi sistem keamanan mereka.

Bagheri pun mengancam akan ada balas dendam yang pedih. Sementara Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menyebut ada keterlibatan Israel dalam insiden ini.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com