Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2020, 16:21 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

NEW YORK, KOMPAS.comPBB mencatat, tingkat kemskinan di dunia mengalami lonjakan hanya dalam satu tahun, di mana salah satu faktor pendorongnya adalah virus corona.

Berdasarkan catatan PBB, karena wabah maka jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup mencapai 40 persen di seluruh dunia.

“Satu dari 33 orang akan membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, air dan sanitasi pada tahun 2021, meningkat 40 persen dari tahun ini,” demikian laporan PPB terkait Tinjauan Kemanusiaan Global 2021.

Jumlah itu setara 235 juta orang di seluruh dunia. Angka tertinggi dalam beberapa dekade. Jumlahnya konsentrasi di Suriah, Yaman, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, dan Ethiopia.

Sementara anggaran bantuan kemanusiaan juga berada dalam posisi kekurangan yang mengerikan karena dampak pandemi global terus memburuk.

"Krisis masih jauh dari selesai," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

PBB telah menetapkan setidaknya 34 rencana tanggap kemanusiaan yang mencakup 56 negara untuk tahun 2021.

Rencana tanggap kemanusiaan itu bertujuan membantu 160 juta dari setidaknya 235 juta orang paling rentan di seluruh dunia, yang menghadapi kelaparan, konflik, dan dampak perubahan iklim serta pandemi virus corona.

Baca juga: PM Thailand Minta 20 Orang Terkaya Thailand Bantu Atasi Dampak Ekonomi Covid-19

"Kami selalu bertujuan untuk menjangkau sekitar dua pertiga dari mereka yang membutuhkan karena yang lain, misalnya Palang Merah, akan berusaha untuk memenuhi celah yang tersisa," kata Kepala Bantuan PBB, Mark Lowcock.

Ia mengatakan, tahun ini donor 17 miliar dollar AS (Rp 240 triliun) untuk mendanai operasi kemanusiaan dan data menunjukkan bahwa bantuan mencapai 70 persen dari orang yang ditargetkan.

Sementara Lowcock mencatat 35 miliar dollar AS (Rp 494 triliun) yang dibutuhkan untuk 2021 adalah jumlah yang banyak, dia mengatakan itu adalah jumlah sangat kecil dibandingkan apa yang telah dihabiskan negara kaya untuk melindungi warganya selama pandemi.

Yang menjadi kekhawatiran Lowcock adalah mencegah kelaparan di negara-negara termasuk Yaman, Afghanistan, Nigeria timur laut, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, dan Burkina Faso.

Bahaya yang jelas terlihat saat ini adalah kelaparan skala besar di Yaman. Satu-satunya alasan terbesarnya adalah karena beberapa negara penting yang memberi donasi untuk operasi bantuan PBB pada 2018 dan 2019 belum memberi bantuan pada 2020, yaitu negara Teluk.

"Dunia kaya sekarang dapat melihat cahaya di ujung terowongan," kata Lowcock dalam sebuah pernyataan. "Hal yang sama tidak berlaku di negara-negara termiskin," tambahnya.

Baca juga: Kementerian PPPA: Dampak Ekonomi Pandemi Covid-19 Picu Orangtua Lakukan Kekerasan pada Anak

Menurutnya jika setiap orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun depan tinggal di satu negara, itu akan menjadi negara terbesar kelima di dunia. Pandemi telah menyebabkan pembantaian di negara-negara paling rapuh dan rentan.

Halaman:
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com