Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mahasiswa Indonesia Pertama yang Tiba di Australia sejak Perbatasannya Ditutup

Kompas.com - 01/12/2020, 13:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Sebuah pesawat yang dipesan khusus untuk membawa 63 mahasiswa internasional asal China, Hong Kong, Jepang, Indonesia dan Vietnam telah mendarat di kota Darwin dari Singapura, Senin (30/11/2020).

Mereka adalah mahasiswa internasional rombongan pertama yang diizinkan masuk ke Australia setelah sejak 20 Maret 2020 Australia mulai menutup perbatasan karena pandemi Covid-19.

Wulan Morling, warga Indonesia di Kawasan Australia Utara sudah menunggu di Bandara Darwin sejak pukul 7 pagi menunggu keponakannya yang akan datang.

Ketika dia melihat keponakannya, Rifqi Susanto Putra, turun dari pesawat, Wulan melambaikan tangannya kepada Rifqi, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan bus ke Howard Springs.

Baca juga: Pejabat China Unggah Foto Tentara Australia Acungkan Pisau ke Leher Bocah, Ternyata Palsu

Rifqi yang berusia 18 tahun dan berasal dari Jakarta baru pertama kali ini ke luar negeri. Di Australia ia akan belajar tata boga di Charles Darwin University (CDU).

"Dia sudah tidak sabar, dia mestinya mulai bulan Juli, jadi semua menunggu proses, dan kami khawatir apakah dia betul-betul bisa ke sini." kata Wulan.

"Lalu kemudian CDU melakukan penerbangan sewaan, jadi dia lega akhirnya bisa sampai di sini," imbuh Wulan.

Para mahasiswa internasional yang tiba di Darwin kemudian dipindahkan langsung ke pusat karantina Howard Springs, sekitar 30 kilometer dari bandara, untuk menjalani karantina selama 14 hari.

Baca juga: Cara Australia Bangkitkan Perekonomian dengan Bagi-bagi Voucher Jutaan Rupiah

Fasilitas ini sebelumya digunakan untuk menampung warga Australia yang dievakuasi dari Wuhan, China, dan juga dari kapal pesiar Diamond Princess dari Jepang.

Tempat ini juga pernah menampung para pemetik buah dari Vanuatu dan sekarang digunakan sebagai tempat karantina bagi warga Australia yang baru pulang dari luar negeri.

Pemerintah Kawasan Australia Utara mencapai persetujuan dengan Pemerintah Federal dan Charles Darwin University pada September untuk menerbangkan sekitar 70 mahasiswa internasional ke Darwin.

Sebelum bisa terbang ke Australia, para mahasiswa internasional harus terlebih dahulu menjalani tes Covid-19 dan harus dalam keadaan negatif 72 jam.

Baca juga: Gelombang Panas Akan Terjang Australia, Suhu Capai 47 Derajat Celcius

Mereka membayar sendiri biaya penerbangan, namun CDU akan menanggung biaya karantina.

Sebelumnya, pemerintah Kawasan Ibukota Australia di Canberra bersama pemerintah federal sudah berencana melakukan proyek percontohan menerbangkan 350 mahasiswa ke Canberra sehingga mereka bisa mulai kuliah di semester kedua.

Namun hal tersebut kemudian dibatakkan karena adanya gelombang kedua penularan virus di Melbourne.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com