Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gajah-gajah 'Mati Perlahan' karena Makan Plastik di Tempat Pembuangan Sampah Sri Lanka

Kompas.com - 28/11/2020, 17:56 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka menggali parit di sekitar tumpukan sampah demi mencegah kawanan gajah mencari makan di antara gunungan sampah plastik.

Gajah-gajah kerap berkerumun di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) dekat wilayah cagar alam di Kota Ampara.

Mereka memakan sisa-sisa makanan bersama plastik, yang membunuh mereka secara perlahan, kata pihak berwenang.

Foto gajah-gajah mencari makan di antara sampah di Ampara telah mengejutkan para pegiat lingkungan.

Plastik dari TPA diketahui sebagai pembunuh gajah liar, yang jumlahnya diperkirakan sekitar 7.500 ekor di Sri Lanka.

TPA di Ampara dibangun sekitar sepuluh tahun lalu di dekat wilayah cagar alam yang merupakan habitat 300 gajah.

Pemerintah Sri Lanka telah berusaha melindungi gajah dan kehidupan liar lain dengan kebijakan larangan impor terhadap banyak produk plastik.

Di Ampara, pagar listrik dipasang di sekitar wilayah TPA untuk mencegah gajah masuk.

Namun pagar tersebut tidak ampuh, yang memaksa pemerintah untuk menggali parit di sekitar TPA sebagai gantinya.

Namun demikian, warga setempat berkata mereka tidak yakin dengan rencana pemerintah untuk menangani gajah-gajah itu.

"Tidak ada rencana atau sistem yang memadai untuk ini," kata P H Kumara, anggota kelompok tani setempat, kepada kantor berita Reuters.

Sebanyak 361 ekor gajah mati di Sri Lanka sepanjang 2019, menurut kelompok lingkungan.

Itu merupakan jumlah kematian gajah terbanyak yang dilaporkan sejak Sri Lanka merdeka pada 1948, kata para pelestari alam. Kebanyakan dari mereka dibunuh oleh manusia.

Membunuh gajah adalah kejahatan di Sri Lanka. Hewan itu dihormati, tapi beberapa petani menganggap mereka sebagai hama.

Saat mencari makan, gajah-gajah sering terlibat konflik dengan masyarakat desa, seperti di Ampara.

"Gajah-gajah liar yang datang ke TPA diam di sini siang dan malam," kata Kumara. "Mereka kemudian pergi ke desa sekitar dan mengganggu warga desa, properti dan lahan pertanian mereka."

"Hasilnya ialah konflik manusia-gajah semakin memburuk dan kita kehilangan gajah-gajah yang merupakan aset nasional."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com