MINSK, KOMPAS.com - Presiden Belarus Alexander Lukashenko memberikan isyarat untuk mundur, setelah berbulan-bulan didemo rakyatnya berkaitan dugaan kecurangan pada pemilu.
Lukashenko yang sudah berusia selama 26 tahun terakhir berkata, dia mendukung perubahan konstitusi untuk melemahkan presiden selanjutnya.
Dia menuturkan "tidak akan menjadi presiden" jika perubahan konstitusi itu disetujui, namun tidak memberi detil kapan dia bakal mundur.
Baca juga: Presiden Belarus Lukashenko dan Putranya Resmi Masuk Blacklist Uni Eropa
Pada Kamis (26/11/2020), Rusia yang merupakan sekutu utama Lukashenko sekali lagi memintanya untuk mendukung reformasi konstitusi.
Pesan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov saat mengunjungi sang presiden di ibu kota Minsk, dilansir BBC Jumat (27/11/2020).
Ucapan Alexander Lukashenko mendapatkan komentar sinis dari oposisi, yang menyatakan bahwa pemilu presiden 9 Agustus telah dicurangi.
Oposisi menyebut ucapan Lukashenko taktik untuk mengulur waktu, dan meminta Presiden Belarus berusia 66 tahun itu agar mengundurkan diri.
Sejak pemilu 9 Agustus, sejumlah figur oposisi ditahan, dengan tokoh lainnya, seperti Svetlana Tikhanovskaya, terpaksa mengungsi.
Polisi Belarus disorot dan dituding menggunakan cara-cara brutal saat menangkapi demonstran dalam unjuk rasa yang terjadi di Minsk.
Baca juga: Demo Pemilu Belarus Makin Ricuh, Polisi Ancam Tembak Demonstran
Pada Jumat, Lukashenko mengatakan bahwa konstitusi negara harus mengalami amendemen untuk mengurangi kekuasaan presiden yang cukup besar.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan