Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Etiopia, Sebuah Ringkasan untuk Anda

Kompas.com - 23/11/2020, 11:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

ADDIS ABABA, KOMPAS.com - Etiopia menghadapi perang sipil antara pasukan militer pemerintah dan pasukan sipil di bagian utara Tigray yang mengakibatkan 10.000 nyawa melayang.

Konflik meletus pada November awal, setahun setelah Perdana Menteri Ethiopia Aiby Ahmed menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang mengakhiri konflik perbatasan 20 tahun Ethiopia dengan Eritrea.

Berikut ini serangkaian penjelasan singkat tentang bagaimana konflik yang menewaskan puluhan ribu orang itu terjadi serta bagaimana dampaknya bagi masyarakat sipil dan kawasan di sekitarnya.

Baca juga: Jet Tempur Etiopia Bombardir Wilayah Tigray, Perang Saudara Dikhawatirkan Meletus

Apa yang sebenarnya terjadi di Etiopia?

Pada 4 November 2020, Perdana Menteri Etiopia Aiby Ahmed mengirim pasukan ke markas militer di bagian utara wilayah Tigray yang berbatasan dengan Eritrea dan Sudan.

Dia menuduh partai yang berkuasa di wilayah itu, Tigray People Liberation Front (TPLF) telah menyerang markas tersebut dan mengumumkan melalui siaran televisi beberapa hari kemudian bahwa militer Etiopia telah membom markas tersebut sebagai bentuk pembalasan.

Beberapa hari setelahnya, Amnesty International melaporkan bahwa ratusan orang telah terbunuh dalam serangan pisau dan parang di kota Mai Kadra, wilayah Tigray.

Pihak TPLF disalahkan atas serangan tersebut meski pemimpinnya menolak bertanggungjawab.

"Kami telah mengonfirmasi adanya pembantaian rakyat sipil dalam jumlah besar, yang tampaknya merupakan buruh harian dan sama sekali tak terlibat dalam serangan militer yang tengah berlangsung," ujar Deprose Muchena, Direktur Afrika Timur dan Selatan, Amnesty International.

Sejak awal November, komunikasi di wilayah itu telah terputus sehingga laporan sering tertunda dan orang-orang tidak bisa menghubungi keluarga mereka.

Sementara itu, diketahui pada 13 November, Tigray meluncurkan roket di 2 bandara di Provinsi Amhara. Keesokan harinya, mereka juga menembakkan roket ke negara tetangga, Eritrea.

Presiden kawasan Tigrat, Debretsion Gebremichael mengklaim Eritrea telah mengirim pasukan dan tank ke Tigray untuk mendukung pemerintah Ethiopia.

Kepada Reuters, mereka mengatakan bahwa roket itu adalah pembalasan, tapi dia tidak memberikan bukti apapun untuk mendukung tuduhan tersebut. 

Tigray memiliki pasukan paramiliter dan milisi lokal sekitar 250.000 orang, menurut International Crisis Group.

Baca juga: Kronologi Konflik Etiopia-Tigray: Warga Sipil Dibantai, 25.000 Orang Mengungsi

Mengapa konflik itu terjadi kini?

Sebelum PM Abiy yang populis terpilih pada tahun 2018 karena protes anti-pemerintah, Etiopia diperintah oleh TPLF sebagai bagian dari koalisi usai menggulingkan bekas kediktatoran era 1991.

Pemerintah saat ini mengatakan telah berupaya keras untuk memasukkan anggota bekas koalisi yang berkuasa dan kelompok etnis yang sebelumnya dikucilkan namun ternyata tidak termasuk TPLF.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com