Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meme: Sekadar Lelucon dan Kadang Bermuatan Politik Berbahaya

Kompas.com - 22/11/2020, 20:04 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

KOMPAS.com - Meme dan GIF yang beredar di internet memang terkesan lucu, tapi pengaruhnya di bidang politik dan sosial bisa jadi sangat serius. Literasi media sangat penting agar publik tidak mudah terpengaruh.

Tahun 2020 memang tahun yang penuh tantangan. Tidak heran jika kemudian banyak orang beralih ke humor dan lelucon untuk mendongkrak semangat mereka.

Meme seringnya memparodikan orang atau peristiwa dengan mengubah makna dari citra yang telah ada sebelumnya. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni "mimeme" yang berarti tiruan.

Meme dapat menjadi sekadar lelucon, dan dapat pula menyampaikan pesan politik. Meme sudah banyak dipakai dalam kampanye pemilihan umum di Amerika Serikat, misalnya.

Dan Pfeiffer sebagai Direktur komunikasi Gedung Putih di bawah Presiden Barack Obama, yakin bahwa gambar, meme, dan video yang dibagikan secara online sangat berperan penting dalam memenangkan pemilu saat itu.

Baca juga: Akankah Kemenangan Biden di Pilpres AS 2020 Mengakhiri Tren Politik Identitas?

Perang informasi zaman sekarang

Di Amerika Serikat, meme secara rutin digunakan untuk kepentingan politik.

Sebut saja Donald Trump Jr., yang menyebut diri sendiri sebagai "Jenderal dalam Perang Meme" di Instagram.

Ia adalah salah satu dari banyak tokoh terkenal yang menyebarkan gambar-gambar politis dalam bentuk semacam meme.

Salah satu memenya yang terkenal adalah gambar Presiden Trump menunjuk ke arah audiens. Teks yang menyertai gambar itu berbunyi, "Pada kenyataannya, mereka bukan mengejar saya, mereka mengejarmu. Saya kebetulan berada di tengah."

Baca juga: Pemilu Amerika Disebut Mirip Politik Indonesia, Pidato Trump Tiru Prabowo?

Pada Juli, Twitter menghentikan meme tersebut dibagikan di platformnya karena meme itu menggunakan foto yang memiliki hak cipta.

Di Jerman dan seluruh Eropa, "perang informasi" berbasis meme lebih jarang terjadi.

Namun di sana, ada bot otomatis yang menggembar-gemborkan kandidat tertentu dan memperkuat peredaran informasi yang keliru.

Hal tersebut terbukti dalam diskusi online mengenai respon kesehatan masyarakat terhadap pandemi virus corona.

Di jagad internet, para pendukung langkah-langkah untuk memperlambat penyebaran virus sedang mencoba untuk menghadapi golongan penyangkal pandemi, yang kadang-kadang menyebut diri sendiri sebagai Querdenker, atau “para pemikir yang tidak konvensional.”

Baca juga: Soal Vaksin Corona, Meme Presiden Putin sampai Kabar Hoaks Banjiri Media Sosial

Radikalisasi secepat kilat

Grup-grup semacam ini telah mendapatkan sekutu mereka di internet.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com