Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adelaide Terapkan Lockdown Paling Ketat, Begini Kondisi WNI di Sana

Kompas.com - 21/11/2020, 20:35 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

ADELAIDE, KOMPAS.com - Pemerintah negara bagian Australia Selatan menerapkan lockdown paling ketat yang pernah dilakukan terkait pandemi Covid-19 terhitung sejak Kamis (19/11/2020).

Menteri Utama Australia Selatan Steven Marshall menetapkan lockdown akan berlaku selama enam hari sebagai rem untuk menghentikan gelombang kedua penyebaran virus corona yang bermula dari klaster di wilayah Adelaide utara.

Hanya supermarket, penjual minuman, layanan kesehatan, pompa bensin, serta tempat penitipan anak dan sekolah bagi keluarga pekerja esensial yang kini diperbolehkan buka.

Warga dilarang keluar rumah dan hanya satu orang dari setiap rumah tangga yang boleh pergi belanja. Acara pernikahan dan pemakaman sama sekali tak diizinkan.

Lockdown yang diterapkan Australia Selatan lebih ketat daripada yang berlaku selama berbulan-bulan di Melbourne, namun penggunaan masker hanya dianjurkan, tidak diwajibkan seperti di Melbourne.

Baca juga: Pemimpin Pasukan Australia SAS Paksa Anggota Baru Bunuh Tahanan di Afghanistan

Supermarket di Adelaide diperbolehkan buka selam 24 jam pada hari biasa dan sampai jam 9 malam pada akhir pekan selama 14 hari ke depan.

Pihak berwenang telah melakukan tes Covid-19 secara gratis kepada lebih dari 20 ribu warga dalam 48 jam terakhir.

Marshall mengatakan meski tak ditemukan adanya kasus baru pada hari pertama lockdown, namun diperkirakan sekitar 1.000 warga Australia Selatan kini menjadi orang tanpa gejala.

Pejabat Tertinggi Bidang Medis Australia Selatan Professor Nicola Spurrier secara terpisah menjelaskan ada 23 kasus aktif dari klaster tersebut, di samping 17 kasus lainnya.

Ia menjelaskan ada 3.200 orang yang kini menjalani karantina.

Baca juga: Saksi Kejahatan Perang Australia di Afghanistan: Semua Benar

Warga asal Indonesia siap jalani lockdown

Lantas bagaimana kondisi warga asal Indonesia di sana saat ini?

"Kami sangat well-informed mengenai perkembangan yang terjadi. Jadi tidak kaget," ujar Elvia R Shauki, dosen di Universitas Australia Selatan (UniSA).

"Saya katakan kepada mahasiswa untuk tidak melakukan panic buying karena supermarket masih tetap buka," katanya kepada Farid M Ibrahim dari ABC Indonesia.

"Yang kami takutkan kalau ada panic buying, maka penyebaran virus menjadi tidak terkendali, jadi maksud dan tujuan brutal lockdown menjadi tidak tercapai," katanya.

Elvia menilai kebijakan lockdown ini tadinya agak berlebihan, namun kemudian menyadari keputusan ini sangat tepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com