Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliansi Iran Pasang Waspada Tinggi Jelang Berakhirnya Masa Jabatan Trump

Kompas.com - 21/11/2020, 14:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BAGHDAD, KOMPAS.com - Iran telah menginstruksikan seluruh aliansinya di Timur Tengah untuk berada pada kewaspadaan tinggi dan menghindari provokasi dengan Amerika Serikat (AS) yang dapat menyebabkan pemerintah Trump meluncurkan serangan di masa akhirnya menjabat.

Permintaan tersebut disampaikan oleh seorang jenderal senior Iran kepada para sekutu di Baghdadpada pekan ini, seperti yang dilansiir dari ABC pada Sabtu (21/11/2020). 

Hal itu mencerminkan kecemasan regional yang meningkat atas perilaku Presiden Donald Trump yang tidak dapat diprediksi.

Baca juga: Trump Berencana Serang Situs Nuklirnya, Ini Respons Iran

Selain itu, ketidakpastian dalam periode transisi yang kacau hingga presiden terpilih, Joe Biden mengambil alih dalam dua bulan.

Sekutu Iran secara kolektif menyambut kekalahan pemilihan Trump.

Di bawah kepemimpinan Trump, ketegangan AS dengan Iran meningkat, mencapai puncaknya pada awal tahun, dengan serangan udara AS yang menewaskan jenderal tertinggi Iran, Qassim Soleimani, di bandara Baghdad.

Baca juga: Terungkap, Trump Sempat Berniat untuk Serang Situs Nuklir Iran

Iran meluncurkan serangan rudal balistik sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak yang fatal, menargetkan tentara AS di Irak dan melukai puluhan lainnya.

Trump juga secara sepihak menarik Amerika pada 2018, dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia.

Ia bermaksud untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, dan memberlakukan kembali sanksi hukuman yang melumpuhkan ekonominya.

Iran sejak itu telah meninggalkan semua batasan pada program pengayaan uraniumnya, bahkan ketika mitra internasional lainnya dalam kesepakatan itu telah mencoba untuk menyelamatkannya namun gagal.

Baca juga: Ukraina Sebut Iran Menghindar dari Tanggung Jawab Penyelidikan Pesawat yang Ditembak Jatuh

Sementara, pemerintahan Biden yang akan datang telah menyatakan rencana untuk bergabung kembali atau menegosiasikan kembali perjanjian nuklir 2015.

Namun, ada kekhawatiran yang berkembang atas apa yang mungkin dilakukan Trump, yang menolak untuk mengakui pemilihan, di hari-hari terakhir kepresidenannya, salah satunya bisa termasuk penyerangan terhadap musuh Amerika di luar negeri.

Pada Kamis, seorang penasihat pemimpin tertinggi Iran memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press bahwa setiap serangan Amerika terhadap Iran dapat memicu "perang penuh" di wilayah tersebut.

Baca juga: Iran Sebut Laporan Pembunuhan Orang Kedua Al-Qaeda di Negaranya adalah Informasi yang Dibuat-buat

“Kami tidak menyambut perang," kata Hossein Dehghan, yang bertugas di Pengawal Revolusi paramiliter Iran sebelum menjadi menteri pertahanan di bawah Presiden Hassan Rouhani.

Namun, kekhawatiran itu diragukan karena pada kenyataannya Trump telah memerintahkan penarikan pasukan AS di Irak dan Afghanistan untuk diselesaikan pada pertengahan Januari, tetapi secara umum masih ada kegelisahan karena ketidakpastian tindakan Trump.

Pemecatannya terhadap Menteri Pertahanan AS Mark Esper, 2 hari setelah pemilihan presiden memicu spekulasi tentang apakah itu terkait dengan rencana yang lebih luas untuk menyerang di luar negeri.

Baca juga: Orang Nomor Dua Al-Qaeda Dibunuh Israel di Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com