KOMPAS.com - Kala itu, Rabu, 15 November 2017, suasana dini hari tampak mencekam di sekitar rumah pribadi presiden Zimbabwe, Robert Mugabe di ibu kota Harare.
Menurut saksi mata yang mengatakan kepada AFP, mereka telah mendengar suara tembakan berkali-kali.
"Dari arah rumah Mugabe, kami mendengar sekitar 30 atau 40 tembakan sekitar 3 sampai 4 menit pada pukul 2 pagi."
Siaran televisi nasional Zimbabwe ZBC menyiarkan pengakuan militer bahwa mereka telah mengambil alih kekuasaan negara itu.
Meski begitu, mereka menolak mengaku bahwa mereka hendak mengudeta Presiden Mugabe. Mereka mengatakan bahwa militer hanya menargetkan 'para kriminal' yang ada di sirkel Presiden Mugabe.
Baca juga: Michael Jackson Diyakini Pernah Bertemu Almarhum Presiden Zimbabwe Robert Mugabe pada 1998
Militer juga memastikan kondisi presiden yang saat itu berusia 93 tahun juga keluarganya dalam kondisi aman.
Dalam sebuah pidato panjang dan bertele-tele pada Minggu malam (19/11/2017), presiden yang sedang sakit tersebut tampaknya bertekad untuk memegang kekuasaan sampai berlangsungnya kongres partai bulan depan.
Mugabe yang telah menjalani tahanan rumah sejak saat itu, menolak untuk mundur sebagai presiden setelah perundingan awal dengan tentara.
Dilansir dari DW Indonesia, militer Zimbabwe mengatakan, "Kami hanya menyasar pelaku kriminal di sekitarnya (Mugabe) yang melakukan tindak kejahatan dan menyebabkan negara menderita secara sosial dan ekonomi, untuk membawa mereka ke hadapan hukum," ujar Mayor Jenderal SB Moyo, Kepala Bidang Logistik dalam siaran televisi.
"Begitu kami menyelesaikan misi ini, situasi akan kembali normal."
Baca juga: Meninggal September, Mugabe Tinggalkan Warisan Rp 141 Miliar dan 10 Mobil
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan