Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Labeli Kampanye Gerakan Boikot Israel sebagai "Anti-Semit" dan "Kanker"

Kompas.com - 19/11/2020, 19:45 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Aljazeera

YERUSALEM, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) akan melabeli kampanye Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), yang berusaha mengisolasi Israel atas perlakuannya terhadap Palestina, sebagai "anti-Semit".

Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, dan ia juga menyebut upaya gerakan DBS sebagai "kanker", seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Kamis (19/11/2020).

Washington "akan menganggap kampanye BDS anti-Israel global sebagai anti-Semit...Kami ingin berdiri dengan semua negara lain yang mengakui gerakan BDS sebagai kanker," kata Pompeo dalam penampilan bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Kamis.

Baca juga: Terungkap, Ini Alasan Jet Tempur Israel Gempur Suriah dan Tewaskan 10 Orang

Kampanye BDS adalah gerakan non-kekerasan yang dipimpin oleh orang-orang yang bertujuan untuk menekan Israel secara ekonomi, agar memberikan kesetaraan hak dan untuk mengembalikan hak Palestina.

Mencontoh gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, label BDS anti-semit dibuat AS untuk mengintervensi orang-orang dari seluruh dunia yang memboikot bisnis serta institusi akademis dan budaya yang memiliki afiliasi langsung atau tidak langsung dengan Israel.

Baca juga: PM Israel Benjamin Netanyahu dan Joe Biden Siapkan Janji Temu Segera

Itu termasuk perusahaan yang terkait dengan permukiman ilegal Yahudi, yang memberikan layanan untuk pendudukan, perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam dari tanah Palestina, dan yang menggunakan orang Palestina sebagai tenaga kerja murah.

Kantor hak asasi manusia PBB telah mengidentifikasi lebih dari 200 perusahaan yang terkait secara langsung atau tidak langsung yang mendukung pemukiman ilegal, kebanyakan dari Israel dan AS, tetapi ada juga dari Jerman dan Belanda.

Mereka termasuk perusahaan perbankan dan pariwisata, serta perusahaan konstruksi dan teknologi.

Baca juga: Israel Gempur Target di Suriah, 3 Tentara Tewas

Kunjungan ke Dataran Tinggi Golan

Pompeo, yang berada di Israel sebagai bagian dari tur Timur Tengah terakhirnya sebagai menteri luar negeri AS, juga mengatakan dia akan mengunjungi Dataran Tinggi Golan, wilayah yang direbut Israel dari Suriah dan diduduki dalam perang 1967.

"Hari ini saya akan memiliki kesempatan untuk mengunjungi Dataran Tinggi Golan," katanya di Yerusalem pada Kamis, yang menandai jeda dari kebijakan pemerintah AS sebelumnya.

"Pengakuan sederhana ini sebagai bagian dari (dukungan kepada) Israel, juga, adalah keputusan yang dibuat Presiden Trump (pada 2019) yang secara historis penting dan hanya pengakuan atas kenyataan," katanya.

Pada Maret 2019, Trump mengakui pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan, ketika dia menandatangani dekrit bersama Netanyahu di Gedung Putih.

Baca juga: Donald Trump Berpotensi Picu Konfrontasi Besar untuk Sabotase Pemerintahan Joe Biden

Tindakan itu dikecam oleh komunitas internasional, yang tidak mengakui perampasan tanah, sementara Suriah menyebutnya sebagai "serangan terang-terangan" terhadap kedaulatannya.

Dengan rencana kunjungan pada pada Kamis di Dataran Tinggi Golan, Pompeo menjadi menteri luar negeri AS pertama yang mengunjungi permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki itu.

Dalam kunjungan itu, Pompeo direncanakan mengunjungi kilang anggur Psagot, yang akan menjadi terobosan dramatis lainnya yang dilakukan oleh pemerintahan Trump.

Sebab, komunitas internasional dan berdasarkan prinsip tradisional AS dalam konflik Timur Tengah, memandang perusahaan di permukiman Dataran Tinggi Golan adalah ilegal.

Baca juga: Menko Marves Luhut Bertemu Presiden Donald Trump, Apa yang Dibicarakan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

Global
Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com