Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Biden Dilantik Jadi Presiden AS, Kelompok Sayap Kanan Ini Bersumpah Tak akan Mengakuinya

Kompas.com - 16/11/2020, 11:34 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kelompok milisi sayap kanan terbesar di Amerika Serikat (AS) menolak mengakui Presiden AS terpilih Joe Biden sebagai pemimpin yang sah meski sudah benar-benar dilantik pada 20 Januari 2021.

Kelompok yang bernama Oath Keepers tersebut bersumpah tidak akan mengakui Biden sebagai Presiden AS sebagaimana dilansir dari The Independent, Minggu (15/11/2020).

Oath Keepers memiliki puluhan ribu anggota yang memiliki latar belakang penegak hukum dan militer. Mereka juga aktif berdemonstrasi mendukung Donald Trump yang menuduh pilpres AS telah dicurangi.

Menurut penghitungan dari sejumlah media dan lembaga non-partisan, Trump kalah dalam pemilu AS karena tidak memperoleh minimal 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk mempertahankan jabatannya sebagai Presiden AS.

“Saya pikir setengah (rakyat) dari negara ini tidak akan mengakui Biden sebagai (presiden AS) yang sah. Mereka tidak akan mengakui pemilihan ini," kata pendiri Oath Keepers, Stewart Rhodes, kepada The Independent pada Sabtu (14/11/2020).

Baca juga: Pilpres AS: Trump Akui Kekalahan Secara Tersirat di Twitter, tapi...

Dia menambahkan segala sesuatu yang nanti keluar dari mulut Biden, dan setiap undang-undang yang ditandatangani Biden, tidak akan mereka akui.

“Kami akan menjadi seperti para pendiri bangsa. Kami pada akhirnya akan membatalkan pemilu dan melawan," kata Rhodes.

Ribuan pendukung Trump, termasuk kelompok sayap kanan seperti Proud Boys, Boogaloo Boys, dan Oath Keepers, berpartisipasi dalam aksi demonstrasi pada Sabtu di Washington DC.

Mereka berpendapat bahwa pemilu AS 2020 telah dicurangi dan kemenangan Trump telah dicuri.

Oath Keepers memang didirikan sebelum Trump menjabat sebagai Preisden AS. Dalam masa pemerintahan Trump, kelompok tersebut semakin disorot karena aksi-aksinya.

Baca juga: Bagaimana Nasib Donald Trump Usai Turun dari Kursi Kepresidenan?

Liga Anti-Pencemaran Nama Baik bahkan mengecap Oath Keepers sebagai ekstremis bersenjata lengkap dengan pola pikir konspirasi dan anti-pemerintah yang mencari potensi pertikaian dengan pemerintah.

Kehadiran kelompok tersebut dirasakan cukup kuat di beberapa momen penting dalam krisis rasial di AS.

Pada 2014 dan 2015, anggota bersenjata dari kelompok itu berpatroli di Ferguson, Missouri, setelah adanya insiden penembakan polisi terhadap Michael Brown yang memicu kerusuhan dan demonstrasi setelahnya.

Para ahli mengatakan teori konspirasi anti-pemerintah selalu menjadi bagian sentral dari etos Oath Keepers.

Rhodes sendiri adalah mantan staf anggota Kongres AS dari Partai Republik Ron Paul dari daerah pemilihan Texas.

Dia adalah lulusan dari Yale Law School, almamater dari tiga dari tujuh hakim yang saat ini menjabat di Mahkamah Agung AS.

Baca juga: Trump Larang AS Investasi di 31 Perusahaan China, Apa Alasannya?

Klaim Kecurangan Pemilu AS

Meski sudah mengajukan beberapa tuntutan hukum di beberapa negara bagian, Tim Kampanye Trump belum memberikan bukti adanya kecurangan dalam pemilu AS.

Trump juga masih berkeras bahwa adanya kecurangan dalam pemilu AS meski dia tidak mampu menunjukkan bukti yang kuat.

Melalui Twitter, Trump menyebut Biden Hanya menang di mata media yang dia klaim sebagai media palsu.

"Saya tidak mengakui apa pun! Jalan kita masih panjang. Ini adalah pemilihan yang dicurangi!” tulis Trump di Twitter.

Dalam beberapa menit, unggahan Trum tersebut ditandai Twitter sebagai klaim yang disengketakan.

Baca juga: Belum juga Respons Kemenangan Biden, Pakar: Kim Jong Un Kecewa Berat Trump Kalah Pilpres AS

Twitter telah menandai lusinan twit Trump sejak pemilu AS dimulai karena menyebarkan teori konspirasi tentang pemilu.

Terlepas dari upaya perusahaan teknologi seperti Twitter dan Facebook untuk mengekang penyebaran informasi yang salah di platform mereka, retorika kampanye Trump memiliki efek yang nyata pada kepercayaan pemilih dalam proses pemilihan.

Dalam aksi demo di Washington DC pada Sabtu tersebut, para demonstran memberikan berbagai teori kepada The Independent tentang bagaimana pemilu AS telah dicurangi.

Baca juga: Ribuan Orang Pendukung Trump Demo, Bersikukuh Presiden Dicurangi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com