"Adalah kantor kepresidenan yang menjauhkannya dari penjara dan kemiskinan," ujar profesor sejarah dari Yale, Timothy Snyder, kepada majalah The New Yorker pada hari-hari menjelang pemilu.
Pada bulan September, penyelidikan pajak Trump oleh New York Times mengungkapkan bahwa presiden berhutang lebih dari 400 juta dolar AS (Rp5,65 triliun), sebagian besar kepada Deutsche Bank, dengan masa jatuh tempo empat tahun ke depan.
Beberapa hari sebelum pemilu, eksekutif senior Deutsche Bank mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kekalahan Trump akan membuat pemberi pinjaman tidak terlalu canggung untuk menuntut pembayaran kembali pinjaman.
Trump juga menghadapi kemungkinan harus membayar kembali uang pengembalian pajak sebesar 72 juta dolar AS (sekitar Rp1 triliun) yang dia klaim pada tahun 2010, audit yang sedang berlangsung melihat klaim kerugian oleh Trump sebesar 1,4 miliar dolar AS (kurang-lebih Rp 19,8 triliun) pada tahun 2008 dan 2009.
Baca juga: Donald Trump Tak Akan Pernah Mau Mengaku Kalah, Mungkin Harus Diusir dari Gedung Putih
Presiden Trump masih memiliki lebih dari 500 usaha, termasuk hotel, resor, dan klub golf, yang sering dia kemukakan selama masa kepresidenannya.
Putra-putra Trump yang sudah dewasa memang telah mengambil alih manajemen harian The Trump Organization begitu dia menjabat, tetapi presiden tetap mempertahankan akses ke aset bisnisnya.
Partai Demokrat menyebut langkah ini penuh konflik kepentingan, menuduh Trump telah menjadikan kesepakatan bisnis potensial untuk memengaruhi kebijakan luar negeri dan menggunakan kantor kepresidenan untuk keuntungan finansial pribadi.
Setelah lengser, Trump dapat kembali ke peran yang lebih aktif di kerajaan bisnisnya. Namun, sebagian besar kepemilikannya berada di real estat dan hotel, dan majalah bisnis Forbes memperkirakan bahwa The Trump Organization telah mengalami pukulan signifikan selama pandemi virus corona.
Valuasi bisnisnya turun 1 miliar dolar, menjadi 2,1 miliar dolar AS antara tanggal 1-18 Maret 2020, menurut Forbes.
Meski kursi kepresidenan mungkin berfungsi sebagai peluang bagi pemasaran, dengan cara lain hal itu juga telah merusak citra mereknya.
Menurut perhitungan dari portal real estat City Realty, harga unit kondominium di gedung milik jejaring bisnis Trump telah turun 25 persen dalam empat tahun terakhir di New York City, sebuah kota di mana Trump sangat tidak populer.
Beberapa gedung apartemen juga dikabarkan telah menghapus namanya dari gedung tersebut.
Baca juga: Trump Akan Deklarasi Maju Pilpres 2024 Usai Sertifikasi Kemenangan Biden
Beberapa pengamat seperti mantan penjabat Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney memprediksibahwa Trump akan tetap berada di panggung politik, dengan fokus pada pemilu melawan Biden tahun 2024. Tetapi banyak juga yang berpikir dia punya rencana lain.
“Ketika Anda melihatnya di jalur kampanye, betapa bersemangatnya dia dan betapa berenerginya dia saat berada di hadapan publik, cukup jelas apa yang ingin dia lakukan," kata jurnalis dan penulis biografi Trump, Michael D'Antonio.
"Saya perkirakan dia akan terus-menerus tampil di televisi."
Baca juga: Trump Nyaris Akui Kekalahannya di Pilpres AS Saat Beri Pengarahan di Gedung Putih