Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Mobil VW Bantah Ada Kerja Paksa Etnik Uighur di Pabrik Xinjiang

Kompas.com - 15/11/2020, 16:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Perusahaan industri mobil Volkswagen berkeras untuk melanjutkan pengoperasian pabriknya di Xinjiang, sebuah kawasan di China yang dituduh terjadi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berskala besar oleh negara.

Bukti adanya ratusan ribu orang etnik Uighur dan minoritas lainnya ditahan di kamp-kamp, atau dijadikan pekerja paksa di pabrik-pabrik, telah menyebabkan sejumlah perusahaan multinasional memutuskan hubungan dengan wilayah tersebut, walaupun China berkukuh klaim tersebut tidak benar.

Para pengkritik Volkswagen menganggap bahwa perusahaan itu memiliki kewajiban moral tertentu untuk tidak terlibat dalam praktik semacam itu, karena latar belakang sejarah pendiriannya.

Perusahaan ini didirikan oleh Partai Nazi Jerman yang berkuasa pada 1937 dan menggunakan pekerja paksa - termasuk tahanan kamp konsentrasi - di sejumlah pabriknya selama Perang Dunia II.

Tetapi dalam wawancara dengan BBC di Beijing, pimpinan perwakilan Volkswagen di China, Stephan Wollenstein, membela kehadiran pabrik perusahaannya di ibu kota Xinjiang, Urumqi.

Di Urumqi, pabrik itu memperkerjakan 600 orang, serta memproduksi hingga 20.000 kendaraan setiap tahun.

Baca juga: Muncul 137 Kasus Baru Covid-19, China Langsung Tes 4,75 Juta Warga Xinjiang

"Apa yang terjadi di masa Nazi adalah sesuatu yang terjadi di pabrik kami, ketika kami mempraktikkan kerja paksa, orang-orang yang memproduksi mobil Volkswagen," katanya.

"Ini tentu saja situasi yang tidak dapat diterima. Karena itulah, kami memastikan tidak ada tempat produksi kami yang mempraktikkan kerja paksa, dan ini adalah sesuatu yang secara khusus kami periksa di Urumqi dan saya jamin, kami tidak memiliki pekerja paksa," sambung Wollenstein.

Tetapi ketika ditanya apakah dia benar-benar yakin dengan klaim itu dan menjamin tidak ada tenaga kerja di Urumqi - yang sekitar 25 persen terdiri dari etnik Uighur dan minoritas lainnya - pernah berada di kamp, Wollenstein mengatakan dia tidak bisa memastikannya.

"Kami berusaha untuk mengontrol proses-proses terkait perusahaan kami, termasuk proses sumber daya manusianya, yang artinya kami merekrut karyawan dengan cara terbaik," ujar Wollenstein.

"Dan bagi kami, ini mengurangi risiko terjadi sesuatu yang tidak kami sukai dan tidak sesuai standar kami. Tapi saya kira kami tidak akan pernah bisa mencapai kepastian 100 persen," imbuhnya.

Bagi para pengkritiknya, pembelaan seperti itu menunjukkan kegagalan perusahaan itu.

Baca juga: AS Curigai China Lakukan Sesuatu Mendekati Genosida di Xinjiang

Viola von Cramon-Taubadel adalah anggota Partai Hijau di Parlemen Eropa dan sebelumnya anggota Parlemen Federal Jerman dari wilayah Lower Saxony - negara bagian tempat markas besar Volkswagen.

"Mengapa mereka tidak bisa memastikan? Mereka harus memastikan bahwa tidak ada hubungan antara kamp kerja paksa dan perusahaan itu," katanya kepada BBC.

Bahkan apabila Volkswagen dapat membuktikan secara pasti bahwa rantai pasokan mereka bersih dari tuduhan itu, ada kritikan yang jauh lebih mendalam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tokoh-tokoh Kunci dalam Sidang Donald Trump

Tokoh-tokoh Kunci dalam Sidang Donald Trump

Global
Hezbollah Klaim Luncurkan Drone ke 2 Pangkalan Israel

Hezbollah Klaim Luncurkan Drone ke 2 Pangkalan Israel

Global
Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Ukraina Akan Panggil Warganya di Luar Negeri

Global
Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com