Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden Menang Pilpres AS, Indonesia, China, dan Australia Beda Reaksi

Kompas.com - 09/11/2020, 20:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat mendapat sambutan yang beragam dari sejumlah negara, termasuk Australia, Indonesia, dan China.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan hubungan Australia dengan AS akan semakin kuat di bawah kepemimpinan Joe Biden.

"Proses masih berlangsung di AS dan lembaga-lembaga yang menangani proses ini sangat penting bagi demokrasi mereka," kata PM Morrison dalam keterangan persnya menanggapi kemenangan Joe Biden, Minggu (8/11/2020).

Baca juga: Pilpres Amerika: Kepala Pemilu Rusia Beberkan Banyak Celah Pemalsuan Suara

"Namun saya ikut bersama pemimpin negara-negara lainnya menyampaikan selamat kepada presiden terpilih Joe Biden dan istrinya Dr Jill Biden, serta wapres terpilih Kamala Harris dan suaminya Douglas Emhoff," ucap PM Morrison.

Perdana Menteri Scott Morrison menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat periode 2021-2025.ABC NEWS VIDEO Perdana Menteri Scott Morrison menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat periode 2021-2025.
Menurut informasi yang diperoleh ABC, PM Morrison akan segera menyurati Joe Biden hari Senin ini dan mengundangnya secara resmi ke Australia untuk merayakan 70 tahun hubungan kedua negara tahun depan.

PM Morrison mengatakan ia akan terus bekerja sama dengan Pemerintahan Trump sampai pelantikan presiden baru pada 20 Januari mendatang.

PM Morrison menyatakan, kepemimpinan Joe Biden di Gedung Putih tidak akan mengubah kebijakan perubahan iklim yang dijalankan Australia, termasuk target pengurangan emisi karbon.

Kampanye Joe Biden menyebutkan rencana AS untuk bergabung kembali dengan Paris Climate Agreement, bertekad mencapai nol emisi karbon pada 2050, serta penyediaan anggaran 2 triliun dollar AS untuk energi bersih dalam empat tahun.

Sementara itu Pemerintahan PM Morrison telah menolak untuk menetapkan target serupa.

"Australia akan selalu menetapkan kebijakan atas dasar kepentingan nasional Australia," katanya.

Baca juga: Joe Biden Kunjungi Makam Putranya Sehari setelah Menang Pilpres AS

Pada awal tahun ini, Australia mengumumkan Peta Investasi Teknologi yang memuat arah dan kebijakan pengurangan emisi karbon dengan fokus dukungan pada beberapa teknologi dan industri berat.

Peta tersebut akan menentukan investasi pemerintah sebesar 18 miliar bagi lima teknologi prioritas termasuk hidrogen pilihan penyimpanan karbon, serta produksi baja dan alumunium rendah karbon.

Sementara itu, pemimpin Oposisi di Australia Anthony Albanese sebelumnya telah mendesak PM Morrison untuk "menyampaikan pandangan Australia mengenai pentingnya menghormati proses demokrasi" kepada Presiden Trump.

Ia meminta PM Morrison untuk menegur sejumlah politisi dari kubu pemerintah yang turut menyebarluaskan "teori konspirasi" seperti yang disebarkan oleh Trump terkait hasil pilpres AS.

Baca juga: Kemenangan Joe Biden di Pilpres AS Belum Diakui China, Kenapa?

Barang ekspor Indonesia kena tarif tinggi

Presiden RI Joko Widodo telah menyampaikan ucapan selamat untuk Joe Biden dan Kamala Harris melalui akun Instagram miliknya.

"Selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris atas kemenangan Anda yang bersejarah. Besarnya jumlah pemilih mencerminkan harapan terhadap demokrasi," tulis akun Instagram Presiden Jokowi.

Ia menyatakan siap bekerja sama dengan Pemerintahan Joe Biden untuk memperkuat kemitraan strategis dan meningkatkan kerja sama ekonomi, demokrasi, dan multilateralisme demi kemaslahatan rakyat kedua negara.

Di bawah Pemerintahan Trump, hubungan AS dan Indonesia khususnya di bidang perdagangan mengalami dinamika setelah pihak AS mencabut status Indonesia sebagai negara dengan pertimbangan khusus dalam organisasi perdagangan dunia WTO.

Pada Februari 2020, Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) mengakui status Indonesia sebagai negara maju sehingga tidak lagi memenuhi syarat untuk mendapatkan Special Differential Treatment (SDT) dari WTO.

Baca juga: Syarat Jadi Negara Maju: Sistem Keuangan Harus Inklusif, OJK Jangan Dilebur

Akibatnya, barang ekspor dari Indonesia ke AS akan dikenai tarif yang lebih tinggi.

Namun pada Oktober 2020, Menhan Prabowo Subianto melakukan kunjungan resmi ke AS dan mencapai kesepakatan untuk bekerja sama di bidang pertahanan keamanan dan maritim.

Kemudian Wapres Mike Pence mengunjungi Jakarta pada 29 Oktober dan secara resmi memperpanjang kembali status RI sebagai negara dengan pertimbangan khusus dalam kerangka WTO.

Dengan demikian tarif atas ribuan barang ekspor RI ke AS mendapatkan keringanan.

Kedua negara juga sepakat untuk memperkuat mata rantai pasokan barang serta pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Baca juga: Trump Kalah Pilpres AS, Hak Istimewanya di Twitter Bakal Hilang

Belum dapat dipastikan bagaimana kelanjutan perang dagang antara China dan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.REUTERS/DAVID MCNEWS via ABC INDONESIA Belum dapat dipastikan bagaimana kelanjutan perang dagang antara China dan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Presiden China belum ucapkan selamat

Reaksi atas kemenangan Joe Biden pada umumnya positif, namun belum ada kepastian sikap resmi dari Presiden China, Xi Jinping.

Sampai Senin (9/11/2020) Presiden Xi belum menyampaikan ucapan selamat kepada Joe Biden, begitu pula dari media resmi pemerintah.

Namun sejumlah pengamat di China menyatakan kemungkinan terjadinya perubahan hubungan kedua negara di bawah Pemerintahan Biden.

"Kepercayaan strategis telah rusak, kunjungan politik tingkat tinggi telah berhenti, dan tak ada lagi kerja sama yang penting," ujar Xin Qiang dari Fudan University, seperti dilaporkan media pemerintah.

"Namun Biden setidaknya mungkin akan melakukan perbaikan atas kedua aspek terakhir," katanya.

Baca juga: Joe Biden Menang Pilpres AS, Bagaimana Transisi Pemerintahan Akan Berjalan?

Biden tidak banyak menyuarakan isu China selama masa kampanyenya.

Pada awal kampanye, Biden hanya menyatakan akan melanjutkan sikap keras terhadap China, dan bertekad memimpin kampanye internasional untuk "menekan, mengisolasi dan menghukum China".

Namun dalam sejumlah isu seperti pengenaan tarif terhadap barang impor dari China yang diberlakukan Presiden Trump, Biden menyatakan kemungkinan untuk melakukan perubahan.

Dalam empat tahun kepemimpinan Presiden Trump, tekanan terhadap China terkait isu etnis minoritas Muslim dan gerakan demokrasi di Hong Kong tidak menggoyahkan posisi Presiden Xi Jinping.

Ia belum lama ini menyatakan program penahanan warga etnis minoritas Muslim di China Barat "sudah tepat".

Presiden Xi juga memerintahkan tindakan tegas terhadap pihak oposisi di Hong Kong, menyebabkan para aktivis dan jurnalis ditangkapi dan dipenjara.

Baca juga: Restoran Mi di China Gembira Biden Menang Pilpres AS: Kami Teman Lama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com